Naudzubillah, Kejamnya Fitnah Simpulan Zaman, Hingga Tercampurnya Kebenaran Dengan Kebatilan


fitnah kiamat via bandung.pks.id

Fitnah kiamat dan kehancuran moral rasa-rasanya sudah kita alami dikala ini. 

Jika itu sudah terjadi, tahukah Anda betapa dahsyat ancaman fitnah selesai zaman? Bagaimana kita menghadapinya, atau bagaimana biar kita terhindar dari fitnah kiamat ini?

Apa yg dimaksud fitnah kiamat ? Kata fitnah berarti musibah, cobaan, dan ujian. Kata ini disebutkan secara berulang di dalam al-Qur’an pada hampir 70 ayat (lihat al-Mu’jam al-Mufahras), dan seluruh maknanya berkisar pada ketiga makna di atas. Kata fitnah bisa juga bermakna sesuatu yang mengantarkan kepada adzab Allah, mirip firman-Nya: “Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah…” (QS. at-Taubah: 49)

Di sisi lain, kata fitnah bermakna ujian, lantaran keduanya bisa dipakai dalam konteks
kesulitan maupun kesenangan yang diterima seseorang. Hanya saja, makna “kesulitan” lebih
sering digunakan. Allah berfirman (yang artinya): “Dan Kami akan menguji kau dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)…” (QS. al-Anbiyaa’: 35)
(Mufradat Alfazh al-Qur’an al-Karim karya ar-Raghib al-Ashfahani)

Dari uraian di atas, sanggup disimpulkan bergotong-royong pengertian fitnah ialah hal-hal
dan kesulitan-kesulitan yang Allah timpakan kepada hamba-hamba-Nya sebagai ujian dan
cobaan yang mengandung hikmah. Biasanya fitnah terjadi secara umum, namun ada juga fitnah
yang terjadi secara khusus. Pada akhirnya, berkat karunia Allah, fitnah itu diangkat sehingga
meninggalkan dampak yang baik bagi orang-orang yang berbuat kebaikan dan yang beriman,
sebaliknya meninggalkan dampak yang jelek bagi mereka yang berbuat kejahatan dan tidak
beriman. Wallaahu a’lam.

Kaprikornus fitnah kiamat ialah fitnah ynag akan terjadi di kiamat yang akan menyelakakan seluruh umat di muka bumi ini.

Banyak sekali jenis fitnah kiamat dalam al quran  berikut ini kami sajikan pola fitnah kiamat itu mirip apa.

Contoh fitnah selesai zaman

fitnah kiamat berbahaya via

Fitnah Dalam Bidang Politik
Dalam bidang politik ummat dipaksa mengikuti budaya -tanpa rasa malu dan rasa takut kepada Allah subhaanahu wa ta’aala- di mana seorang insan memperlihatkan dirinya menjadi pemimpin, bahkan dengan over-confident mengkampanyekan dirinya biar dipilih masyarakat. Sambil menebar setumpuk akad kepada rakyat.

Padahal Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ أُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا

”Hai Abdurrahman, janganlah kau meminta pangkat kedudukan! Apabila kau diberi lantaran memintanya, maka hal itu akan menjadi suatu beban berat bagimu. Lain halnya apabila kau diberi tanpa adanya seruan darimu, maka kau akan ditolong.” (HR Muslim 9/343)

Fitnah Dalam Bidang Ekonomi dan Keuangan
Sementara itu di bidang ekonomi dan keuangan ummat dipaksa tunduk pada tiga pilar setan, yaitu Bunga Bank (baca: Riba), Uang Fiat (baca: uang kertas) dan Money Creation yaitu sistem yang memberi kekuasaan pada bank untuk melaksanakan proses penciptaan uang. Padahal Islam mempunyai konsep yang sangat baku wacana uang dan segala bentuk transaksi yang melibatkan uang.

Bukan hanya sebatas teori tetapi blue print keuangan Islam memang pernah diwujudkan dalam bentuk kasatmata semenjak masa awal ke-Khalifahan Islam dan terbukti hasilnya berupa kemakmuran bagi seluruh rakyat. Itulah yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an sebagai dhzahab(emas) dan fidhdhoh(perak) dan secara empiris berupa dinar dan dirham. Suatu jenis mata uang yang mempunyai intrinsic value serta kondusif dari inflasi.

Fitnah Dalam Bidang Hukum
Di bidang aturan ummat dipaksa tunduk pada nilai-nilai legal dan illegal (baca: halal dan haram) berdasarkan hawa nafsu para law-makers. Kita bisa menyaksikan suatu dikala sikap homoseksual dan lesbianisme dicap illegal-haram namun pada lain waktu dianggap legal-halal.

Padahal Allah berfirman: ”Barangsiapa yang tidak berhukum berdasarkan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu ialah orang-orang yang kafir.” (QS Al-Maidah 44).

Bahkan sistem Dajjal mencap kebanyakan orang-orang beriman pejuang tegaknya agama Allah subhaanahu wa ta’aala sebagai teroris. Dan menempatkan para kriminal pelanggar berat HAM sebagai pimpinan negara-negara maju.

Fitnah Dalam Bidang Pertahanan Keamanan
Di bidang pertahanan keamanan ummat dipaksa tunduk pada konsep ashobiyyah (fanatisme kelompok). Angkatan militer banyak sekali negara berakal balig cukup akal ini dibuat untuk mempertahankan spirit right or wrong is my country.

Barangkali selain angkatan militer Hamas di Palestina, tak ada satupun kekuatan hankam yang dibuat dengan keinginan menegakkan kalimat Allah atau mati syahid. Kebanyakan prajurit militer modern menjadi budak jalur komandonya. Mereka tidak pernah dibina untuk menjadi hamba Allah sejati.

Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman: ”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan nirwana untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; kemudian mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) akad yang benar dari Allah di dalam Taurat, Bibel dan Al-Quran” (QS At-Taubah 111)

Fitnah Dalam Bidang Seni dan Budaya
Sedangkan seni dan budaya telah menjadi industri syahwat. Sangat langka dijumpai produk di bidang ini yang bila dinikmati membawa insan menjadi lebih bersahabat dan mengingat Allah Yang Maha Indah. Hampir semua film, tontonan, nyanyian, tarian maupun novel menyeret insan kepada pemuasan syahwat semata tanpa pandang halal-haramnya.

Sungguh, nilai-nilai Dajjal (Dajjalic Values) telah mendominasi segenap lini kehidupan ummat insan berakal balig cukup akal ini. Sangat boleh jadi kedatangan oknum Dajjal sudah sangat dekat. Sistem Dajjal telah memperoleh kekuasaan yang cukup di seluruh dunia, sehingga begitu si Dajjal dikenali dan diakui, Dajjal (makhluk bermata satu) bisa eksklusif dinobatkan sebagai pimpinan yang dinanti-nanti sebagaimana diisyaratkan dalam the great seal yang tergambar di lembar uang satu dollar Amerika Serikat.

Bahaya fitnah selesai zaman

fitnah kiamat ancaman via jogjadistromuslim.blogspot.com

Abu Hurairah meriwayatkan bergotong-royong Rasulullah bersabda, “Bersegeralah kalian melaksanakan amal saleh sebelum datangnya fitnah yang mirip potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi-pagi seseorang masih beriman, tetapi di sore hari sudah menjadi kafir; dan sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir.” (HR. Muslim: Kitab Al-Iman no.169).

Ini merupakan peringatan penting bagi setiap manusia, bahwa banyaknya fitnah yang mengakibatkan seseorang murtad, merupakan tanda dekatnya selesai zaman. Untuk skala lokal, barangkali yang paling kasatmata ialah fenomena fitnah kesulitan hidup, kemiskinan, dan kesengsaraan yang mengakibatkan seseorang dengan gampang menukar agamanya. Juga godaan dunia yang dikemas sedemikian menggiurkan bagi siapa pun untuk mencicipinya, sehingga siapa pun yang tidak mempunyai ketahanan iman, sangat mungkin mengubah imannya dalam bilangan hari.

Namun di antara banyak sekali fitnah yang dinubuatkan oleh ia Shalallaahu ‘Alahi Wasallam, tidak ada satu pun fitnah yang lebih berbahaya, lebih dahsyat, dan lebih keras imbas yang ditimbulkannya melebihi fitnah Dajjal. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah,

“Semenjak Allah membuat keturunan Adam hingga hari kiamat nanti, tidak ada fitnah yang lebih besar di muka bumi ini dibandingkan fitnah Dajjal.” (HR.Muslim: Kitab Al-Fitan wa Asyrath As-Sa’ah no. 5239).

Demikian fitnah Dajjal, sehingga setiap rasul yang diutus kepada umat insan senantiasa memperingatkan ancaman fitnah tersebut kepada umatnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits sahih berikut ini,

“Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang nabi, melainkan nabi tersebut telah memperingatkan kaumnya dari fitnah Dajjal. Nabi Nuh telah memperingatkan umatnya akan fitnah Dajjal, demikian pula para nabi sesudahnya. Ketahuilah, sesungguhnya Dajjal akan muncul di antara kalian (maksudnya pada masa umat ini yang merupakan umat terakhir) dan masalah Dajjal itu tidak lagi samar bagi kalian. Demikian pula masalah Rabb kalian tidak samar lagi bagi kalian (beliau bersabda demikian sebanyak tiga kali). Sesungghnya Rabb kalian tidak buta sebelah, sedangkan Dajjal ialah makhluk yang buta mata sebelah kanannya, seperti matanya ialah buah anggur yang terapung.” (HR.Muslim).

Ciri fitnah selesai zaman

ciri fitnah selesai zaman  via an-najah.net

Berikut ini beberapa Nubuwwat Rasulullah saw. Yang diambil dari Hadits-hadits Sahih :
" Maka bahawasanya siapa yang hidup (lama) di antaramu pasti akan melihat perselisihan (faham) yang banyak. Ketika itu pegang teguhlah Sunnahku dan Sunnah Khalifah Ar Rasyidin yang diberi hidayah. Pegang teguhlah itu dan gigitlah dengan gerahammu." (Hadis riwayat Imam Abu Daud dan lain-lain. Lihat Sunan Abu Daud juzuk 4, muka surat 201)

Munculnya Kebodohan di mana-mana
Akan keluar suatu kaum selesai zaman, orang orang muda yang kurang pintar fikirannya. Disini fitnah kiamat dan kehancuran moral sangat erat kaitannya. Mereka banyak mengucapkan perkataan "Khairil Bariyyah" (Maksudnya firman-firman Tuhan yang dibawa oleh Nabi.) Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagai munculnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka" (Sahih - Imam Bukhari)

Banyak para Para ‘Alim Ulama yang meninggal dunia
“Tidak akan tiba hari kiamat sehingga Allah mengambil orang-orang yang baik dan andal agama (para ulama, pen.) di muka bumi, maka tiada yang tinggal padanya kecuali orang-orang yang hina dan jelek yang tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari kemungkaran. (Ahmad)

“Di antara gejala semakin dekatnya kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka’ bin Luka’ (orang yang kurang pintar dan hina). Maka orang yang paling baik ketika itu ialah orang yang beriman yang diapit oleh dua orang mulia” (Thabrani)

Munculnya Aneka Fitnah
Ramalan Rasulullah wacana Bermunculannya Fitnah bagaikan Bagian Malam yang Gelap Gulita
Diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi di dalam kitab Sunanya; dari Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda : " Mendekati hari kiamat akan terdapat banyak sekali macam fitnah laksana cuilan malam yang gelap gulita. Kala itu seorang menjadi mu'min di pagi hari, berbalik menajdi kafir memasuki sore  hari. Dan menjadi mu'min di sore hari, berbalik menjadi kafir memasuki pagi hari. Orang orang pun akan menjual agamanya dnegan harta benda mereka" ( HR Tirmidzi)

Kenyataan dari yang diramalkan :
Imam An Nawawi rm berkata : " Bahwa makna dari hadits tersebut berupa  proposal supaya bersegera mengerjakan amal shalih sebelum mengalami kendala dan menjadi sibuk menghadapi banyak sekali macam fitnah yang tumpang tindih datangnya. Sebagaimana tumpang tindihnya kegelapan malam yang tidak berbintang. Rasulullah saw melukiskan, betapa dasyatnya fitnah tersebut. Sampai hingga seseorang yang di sore harinya masih beriman, berbalik menjadi kafir tatkala memasuki pagi hari, atau justru sebaliknya---disini terdapat keragu raguan dari perawi-- Dan dari besarnya fitnah fitnah tersebut, sehingga mengakibatkan seseorang sanggup berubah pendirian hanya dalam waktu  satu hari.

Rasulullah SAW tidak memilih secara pasti terjadinya hari kiamat lantaran semua itu ialah urusan ghaib dimana hanya Allah SWT saja yang Maha Tahu. Hanya Rasulullah saw memberitakan kapada umatnya gejala dekatnya hari kiamat mirip nanti yang akan saya jelaskan.  Hal ini terbukti ketika dalam hadits di atas Rasulullah saw tidak mejawab pertanyaan Malaikat Jibril dikala ditanya kapan hari kiamat terjadi? Beliau hanya menjawab , “Yang ditanya tidak lebih tau dari yang bertanya.” Artinya, “ Rasulullah saw memang tidak mengetahui hari terjadi kiamat, semua itu diserahkan urusanya kepada Allah SWT.

Allah SWT menegaskan dengan gambalang dalam Al-Qur’an sebagai berikut. Firman-Nya, “(Orang-orang kafir) bartanya kapadamu (Muhammad) wacana hari berbangkit, kapankah terjadinya. Siapakah kau (sehingga) sanggup menyebutkan (waktunya). Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanya member peringatan bagi siapa yang tekut kapadanya (hari barbangkit). Pada hari mereka melihat berbangkit itu, maka seperti tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebantar saja) di waktu soreh atau pagi,” (QS. An-Nazi’at [79]: 42-46)

Islam Akan Kembali Asing
“Sesungguhnya Islam permulaan (datang) keadaan asing dan akan kembali asing. Maka berbahagialah bagi mereka yang (dianggap) asing. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah, siapakah mereka (yang dianggap)asing itu ? Beliau menjawab : orang-orang yang berbuat baik di kala rusaknya manusia”. (H.R. Muslim).

Bagaimana menghadapi fitnah kiamat ?


menghadapi fitnah selesai zaman  via vianeso.com

Berdo’a kepada Allah Ta’ala minta pemberian dari fitnah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنْ الْفِتَنِ  مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

“Berlindunglah kalian kepada Allah dari segala fitnah, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi” (HR Muslim : 2867).

Berdasarkan hadits diatas maka Lafadz do’anya :

*”Allahumma inni a’udzubika minal Fitan Maa Dzaharo minha wama bathan”*.

Artinya, *”Ya Allah sesungguhnya saya berlindung kepada Mu dati fitnah baik yang nampak ataupun yang tersembunyi”.*

Memperbanyak amal shalih, meningkatkan ketakwaan secara umum.

Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا.

“Segeralah kalian berzakat sebelum datangnya fitnah laksana potongan gelap malam gulita, seseorang paginya beriman sorenya sudah kafir, sorenya beriman paginya sudah kafir, dia menjualk agamanya dengan harta dunia” (HR Muslim : 118)

Menjaga verbal dari berkomentar dari setiap apa yang kita dengar. Khususnya dalam masalah Nawazil. Lebih lebih komentar dan bicara di medsos yang lebih gampang penyebarannya mirip angin berhembus.

Nawazil jama’ dari Nazilah, maksudnya yaitu kejadian-kejadian atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi pada kaum muslimin. Dan nawazil ini dikenal juga dengan istilah hawadits.

Siapa yang layak nicara dalam problem ini ? Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

الْعَالِمُ بِكِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ وَأَقْوَالِ الصَّحَابَةِ؛ فَهُوَ الْمُجْتَهِدُ فِي أَحْكَامِ النَّوَازِلِ

“Orang yang alim terhadap Kitabullah dan Sunnah RasulNya dan perkataan para shahabat, maka dialah mujtahid (ahli ijtihad) pada perkara-perkara Nawazil”. (I’lamul Muwaqi’in 4/212)

Dalam kondisi fitnah jangan gampang menshare info atau komentar sebelun di cek kebenarannya.

Allah Ta’ala berfirman :

وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْ لاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“ Dan apabila tiba kepada mereka suatu info wacana keamanan ataupun ketakutan, mereka kemudian menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) .Kalau tidaklah lantaran karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kau mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS An-Nissa : 83)

Tidak setiap apa yang kita dengar layak untuk diucapkan.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata :

حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وِعَاءَيْنِ: فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَلَوْ بَثَثْتُهُ قُطِعَ هَذَا البُلْعُومُ

“Saya menghafal dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dua kantong. Adapun salah satunya saya telah sebarkan dan adapun yang lainnya kalau saya sebarkan maka akan diputus leher ini”. (HR Bukhari : 120)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata  ketika menjelaskan perkataan ‘Ali bin Abi Tholib :

حَدِّثُوا النَّاسَ، بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ، اللَّهُ وَرَسُولُهُ

“Berbicaralah kepada insan dengan apa yang mereka ketahui, apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan ?”.

وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْمُتَشَابِهَ لَا يَنْبَغِي أَنْ يذكر عِنْد الْعَامَّة وَمثله قَول بن مَسْعُودٍ وَمِمَّنْ كَرِهَ التَّحْدِيثَ بِبَعْضٍ دُونَ بَعْضٍ أَحْمَدُ فِي الْأَحَادِيثِ الَّتِي ظَاهِرُهَا الْخُرُوجُ عَلَى السُّلْطَانِ وَمَالِكٌ فِي أَحَادِيثِ الصِّفَاتِ وَأَبُو يُوسُفَ فِي الْغَرَائِبِ وَعَنِ الْحَسَنِ أَنَّهُ أَنْكَرَ تَحْدِيثَ أَنَسٍ لِلْحَجَّاجِ بِقِصَّةِ الْعُرَنِيِّينَ لِأَنَّهُ اتَّخَذَهَا وَسِيلَةً إِلَى مَا كَانَ يَعْتَمِدُهُ مِنَ الْمُبَالَغَةِ فِي سَفْكِ الدِّمَاءِ بِتَأْوِيلِهِ الْوَاهِي

“Didalamnya ada dalil bahwa masalah yang mutasyabih (yang mengandung beberapa pengertian) tidak pantas disebutkan pada khalayak umum”. Kemudian ia menyebutkan perkataan Ibnu Mas’ud kemudian beliua berkata : “Di antara orang-orang yang tidak senang memberikan hadits pada sebagian orang ialah imam Ahmad dalam hadits-hadits yang zhohirnya membolehkan khuruj (kudeta) terhadap pemerintah, dan imam Malik dalam hadits-hadits wacana sifat-sifat (Allah), dan Abu Yusuf wacana hadits-hadits yang ghorib (aneh dari sisi makna maupun lafazh-pen.) … . Dan Dari Al-Hasan (Al-Bashry-pen.) ia mengingkari Anas (radhiyallahu ‘anhu) menceritakan kepada Hajjaj wacana kisah Al-Uraniyyin lantaran ia akan menjadikannya sebagai wasilah yang selama ini ia pegang dalam berlebihan menumpahkan darah denga ta`wil yang lemah. (Fathul Bary 1/225)

Tetap berusaha untuk menuntut ilmu syar’I dengan menghadiri majlis majlis ilmu,  lantaran dengan memahami syari’at ini dengan benar ia akan punya filter tidak gampang ikut ikutan terbawa arus dengan fitnah, tidak gampang mengikuti emosi atau perasaannya, tapi kokoh dengan ilmunya, sehingga akan selamat dari fitnah.

Dari Abu Bakrah radhiyallahu anhu ia berkata :

عَصَمَنِي اللَّهُ بِشَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا هَلَكَ كِسْرَى، قَالَ: “مَنْ اسْتَخْلَفُوا؟ ” قَالُوا: ابْنَتَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً”، قَالَ: فَلَمَّا قَدِمَتْ عَائِشَةُ يَعْنِي البَصْرَةَ ذَكَرْتُ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَصَمَنِي اللَّهُ بِهِ: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ

Allah telah menjaga ku dari fitnah (perang jamal) berkat sesuatu (satu hadits) yang saya dengar dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ketika Kisra (raja Persia) meninggal, ia bersabda, “siapa penggantinya?” Para Sahabat menjawab, “putrinya”, maka ia pun bersabda, “Tidak akan sukses selamanya sebuah kaum, yang menyerahkan urusan mereka (pemimpin) kepada seorang perempuan”. Abu Bakrah radhiyallahu anhu berkata, “Ketika Aisyah radhiyallahu berangkat ke Bashrah, saya ingat hadits Rasulullah tersebut, maka Allah pun menyelamatkan saya (dengan tidak ikut ikutan fitnah yaitu peperangan jamal)” (HR Tirmidzi : 2262)

Abdullah bin Ziyad Al Asadi berkata, “Tatkala Thalhah, Zubair dan ‘Aisyah berangkat ke Bashrah, Ali mengutus ‘Ammar bin Yasir dan Hasan bin Ali mendatangi Kami di Kufah, lantas keduanya naik minbar. Ketika itu Al Hasan bin Ali diatas minbar di tangga paling atas, sedang Ammar berdiri dibawah Al Hasan, kami berkumpul di sekelilingnya, dan saya mendengar ‘Ammar mengatakan” :

إِنَّ عَائِشَةَ قَدْ سَارَتْ إِلَى الْبَصْرَةِ وَ وَاللَّهِ إِنَّهَا لَزَوْجَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَكِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ابْتَلَاكُمْ لِيَعْلَمَ إِيَّاهُ تُطِيعُونَ أَمْ هِيَ

“Aisyah tengah berangkat ke Bashrah, demi Allah, ia ialah isteri Nabi kalian (Shallallahu ‘alaihi wasallam) di dunia dan di akherat, namun Allah Tabaraka wata’ala menguji kalian biar Dia mengetahui, apakah kalian taat kepada-NYA atau kepada Aisyah”. (HR Bukhari : 7100)

Bersabar tidak gampang melaksanakan tindakan yang hanya mengikuti perasaan dan hawa nafsu.

اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ

‘Bersabarlah, lantaran tidaklah kalian menjalani suatu zaman, melainkan sesudahnya lebih jelek daripadanya, hingga kalian menjumpai rabb kalian. Aku mendengar hadit ini dari Nabi kalian Shallallahu ‘alaihi wasallam.’ (HR Bukhari : 7068)

Diantara bentuk yang wajib kita hindari di zamn fitnah ialah tidak memberontak kepada penguasa muslim yang dzalim, lantaran mudharat yang ditimbulkannya akan jauh lebih besar daripada maslahat yang didapatkan, bahkan ketika dibolehkan pun untuk memberontak kepada penguasa yang terang jelas kekufurannya, tanpa adanya syubhat, tetap di syaratkan adanya kemampuan serta tidak adanya kemudharatan, kalau tidak maka kita diperintah untuk bersabar.

Dari ‘Ubadah bin As Shamit radhiyallahu anhu ia berkata :

أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا، وَأَثَرَةٍ عَلَيْنَا، وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ»، قَالَ: «إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللهِ فِيهِ بُرْهَانٌ

“Kami berbai’at (kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam) untuk senantiasa mendengar dan taat (kepada para pemimpin) baik dalam masalah yang kami senangi atau yang kami benci, dalam kesusahan maupun dalam kemudahan, dan juga ketika pemerintahan bersikap mementingkan diri mereka sendiri. Dan kami tidak diperbolehkan untuk mencabut urusan pemerintahan dari orang yang menjabatnya, Beliau bersabda, “kecuali kalau kalian melihat adanya kekafiran yang nyata, maka ketika itu kalian mempunyai keterangan yang kasatmata di hadapan Allah Ta’ala.” ( HR. Bukhari : 7055 dan Muslim : 1709).

Namun tidak boleh mentaati pemimpin dalam masalah kemaksiatan.

Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin ‘Ali radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

لَا طَاعَةَ فِيْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ.

“Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam kebaikan” (HR Muslim : 1840)

Wajib bersabar atas kedzaliman pemimpin, dengan tetap memberikan nasehat bagi yang bisa sesuai dengan kapasitasnya.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma, dari Nabi shalallahu alaihi wasallam  ia bersabda :

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ، إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

“Barangsiapa yang melihat pada pemimpinnya sesuatu yang ia benci, maka *hendaklah ia bersabar* atas hal tersebut. Karena barangsiapa yang meninggalkan jama’ah (persatuan kaum muslimin) satu jengkal kemudian ia meninggal dunia, kecuali ia meninggal dunia mirip mati jahiliyah.” (HR Bukhari : 7054, Muslim : 1849)

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ

Barang siapa yang ingin menasehati para penguasa dengan suatu urusan maka janganlah dengan terang terangan, akan tetapi pegang tangannya  berduaanlah kalau diterima nasehat kita itu yang kita harapkan, dan kalau tidak mau maka sungguh engkau telah menyampaikannya (HR Ahmad : 15369, dishahihkan oleh Al Albani di kitab Fi Dzilalil Jannah : 1096).

Demikianlah semoga menjadi materi renungan bagi kita khususnya yang relevan pada  zaman fitnah kini ini, dimana *semakin membisu tidak ikut ikutan kedalam fitnah* insya Allah semakin selamat , Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah memperingatkan dalam sabdanya :

سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ فَمَنْ وَجَدَ مِنْهَا مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِه

“Akan terjadi *fitnah,* ketika itu yang *duduk* lebih baik daripada yang *berdiri,* yang *berdiri* lebih baik dari pada yang *berjalan*, yang *berjalan* lebih baik daripada yang *berlari,* barangsiapa berusaha menghadapi fitnah itu, justru fitnah itu akan *mempengaruhinya,* maka barangsiapa menerima daerah berlindung atau base camp pertahanan, hendaklah ia berlindung diri di daerah itu (HR Bukhari : 3601, Muslim :2886 ).

Hadits ini bukanlah sedang menceritakan huruf pengecut, tapi huruf orang berilmu yang tidak gampang *ikut ikutan terhadap fitnah,* terbawa *emosi* dan *perasaan hati,* Wallahu A’lam. (iz)

Untuk menghadapi fitnah selesai zaman, ini ada doa fitnah kiamat yang sanggup diamalkan.

Doa fitnah selesai zaman

Do’a yang diajarkan tersebut adalah;

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ»

“Ya Allah, Sesungguhnya saya berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Bukhari-Muslim).

Do’a ini mempunyai makna yang sangat mendalam. Di antaranya;

Pertama: Lewat do’a ini, Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa fitnah itu pasti ada. Ia merupakan takdir yang telah Allah menetapkan bagi setiap anak Adam. Tidak ada yang bisa mengelak.

Kedua: Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa fitnah ini merupakan angin ribut yang sangat dahsyat, akan menimpa setiap orang, dan menggoncang keimanan mereka. Inilah kenapa Rasulullah SAW menyunnahkan setiap muslim membacanya.

Demikiahlah artikel wacana fitnah selesai zaman. Semoga dengan adanya artikel ini sanggup bermanfaat serta sanggup menambah keimanan kita.