Benarkah Para Ahlul Bait Ialah Orang-Orang Istimewa Yang Dijamin Masuk Tanpa Syarat?


ahlul bait via sunanmhakam.com

Para ahlul bait, orang-orang istimewa yang dijamin masuk surga.. 

Benarkah demikian?

Ada satu hal yang menarik dibahas selain itu, para ahlul bait ini dihentikan mendapatkan sedekah... Siapakah saja mereka?

Ahlul Bait yaitu keturunan suci Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam yang mempunyai ikatan nasab, mereka yaitu keturunan Fathimah hingga hari kiamat. Demikian yang dijelaskan Imam Nawawi dalam Syarh Al-Muhadzdzab.

Diriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Didiklah bawah umur kalian untuk tiga hal; menyayangi nabi kalian, menyayangi Ahlul Baitnya dan membaca Al-Qur`an, alasannya yaitu para penghafal Al-Qur`an itu berada di bawah naungan Allah pada hari tiada naungan lain selain naungan-Nya, bersama para nabi dan orang-orang pilihan-Nya.”

Yuk kita simak selengkapnya siapa ahlul bait rasulullah dan yang lainnya berikut ini!

Siapa saja ahlul bait ?

Sebelum kita membahas perihal Ahlul bait secara detail dan yang memusuhi meraka, sepantasnyalah kita mengenal terlebih dahulu siapakah sebetulnya Ahlul bait itu ?

Secara bahasa, kata الأَهْل berasal dari أَهْلاً وَ أُهُوْلاً أَهِلَ – يَأهَلُ = ibarat أَهْلُ المْكَاَن berarti menghuni di suatu tempat. أَهْلُ jamaknya yaitu أَهْلُوْنَ وَ أَهْلاَتُ وَ أَهَاِلي misal أَهْلُ الإِسْلاَم artinya pemeluk islam, أَهْلُ مَكَّة artinya penduduk Mekah. أَهْلُ الْبَيْت berarti penghuni rumah. Dan أَهْلُ بَيْتِ النَّبي artinya keluarga Nabi yaitu para isrti, anak wanita Nabi serta kerabatnya yaitu Ali dan istrinya.[3]

Sedangkan berdasarkan istilah, para ulama Ahlus Sunnah telah setuju perihal Ahlul Bait bahwa mereka yaitu keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diharamkan memakan shadaqah [4]. Mereka terdiri dari : keluarga Ali, keluarga Ja’far, keluarga Aqil, keluarga Abbas [5], keluarga bani Harist bin Abdul Muthalib, serta para istri dia dan anak anak mereka.[6]

Memang ada perselisihan, apakah para istri Nabi termasuk Ahlul Bait atau bukan ? Dan yang terperinci bahwa arti Ahlu berdasarkan bahasa (etimologi) tidak mengeluarkan para istri nabi untuk masuk ke Ahlul Bait, demikian juga penggunaan kata Ahlu di dalam Al-Qur’an dan hadits tidak mengeluarkan mereka dari lingkup istilah tersebut, yaitu Ahlul Bait.

Allah berfirman :

وَأَطِعْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Dan taatlah kalian kepada Allah dan rasulNya,sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan rijs dari kalian wahai ahlul bait dan memberbersihkan kalian sebersih-bersihnya. [Al-ahzab : 33]

Ayat ini mengambarkan para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk Ahlul Bait. Jika tidak, maka tak ada faidahnya mereka disebutkan dalam ucapan itu (ayat ini) dan alasannya yaitu semua istri Nabi yaitu termasuk Ahlul Bait sesuai dengan nash Al Alquran maka mereka mempunyai hak yang sama dengan hak-hak Ahlul Bait yang lain. [7]

Ahlul bait dalam al qur an

Ahlul Bait Dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab: 33

Dalam ayat ini Allah menyebut mereka Ahlulbait. Dia berfirman: “Innamâ yuridu l’llâhu liyudzhiba ‘ankumu l’rijsa ahla l’bayt wa yuthahhirakum tathhirâ”. Artinya: “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan al-rijs dari kau wahai Ahlulbait dan mensucikanmu sesuci-sucinya.” (QS. 33:33).

Imam Ja’far Al-Shadiq ditanya mengenai al-rijs yang terdapat pada ayat diatas. Beliau menjawab: “Al-Rijsu itu yaitu al-syak (keraguan)”. (Ma’ani l’Akhbar).

Hadits ahlul bait nabi

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda,

أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ وَأَحِبُّونِي بِحُبِّ اللَّهِ وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي بِحُبِّي

“Cintailah Allah alasannya yaitu nikmat yang diberikan kepada kalian cintailah saya alasannya yaitu kecintaan (kalian) kepada Allah, dan cintailah Ahlul Baitku alasannya yaitu kecintaan (kalian) kepadaku.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Segala sesuatu ada asasnya, dan asas islam yaitu menyayangi Rasulullah dan andal baitnya.”

Allah Subhanahu Wata’ala mensyariatkan untuk mendoakan Ahlul Bait dalam tasyahud ahkhir setiap kali shalat berdasarkan Madzhab Syafi’iyah, itu sudah cukup memperlihatkan kemuliaan mereka.

Ahlul bait tidak boleh mendapatkan sedekah

Apakah ahlul bait tidak boleh mendapatkan sedekah ? Jawabannya yaitu ya!, ahlul bait tidak boleh mendapatkan sedekah.

عن عبد المطلب بن ربيعة بن الحارث , قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان الصدقة لا تنبغي لأل محمد, إنما هي أوساح الناس (رواه مسلم)

Dari Abdul Mutholib bin Rabi’ah bin Harits berkata, bersabda Rasulullah saw : Sesungguhnya sedekah tidak pantas (tidak halal) bagi keluarga Muhammad, alasannya yaitu sedekah itu yaitu daki (kotoran) manusia.

Dalam suatu riwayat Muslim dari Abdul Mutholib, Rasulullah saw bersabda :

وانها لا تحل لمحمد ولا لأل محمد (رواه مسلم)

Sesungguhnya sedekah itu tidak halal bagi Nabi Muhammad dan bagi Keluarga Muhammad saw.

Hadits tersebut menawarkan pengertian bahwa lafadz لا تنبغي itu dia maksudkan “tidak halal” yang berarti menawarkan pengertian haram. Hadits tersebut sebagai dalil yang memperlihatkan haram sedekah bagi Nabi Muhammad dan keluarganya.

Apakah ahlul bait dijamin masuk nirwana ?

Apakah ahlul bait dijamin masuk nirwana ? Jawabannya yaitu tidak. Kenapa tidak

Dijamin tidak nya masuk nirwana itu tergantung dengan amalannya.

Nasabmu Tak Ada Guna, Walau Engkau Keturunan Nabi
Siapa yang lamban amalnya, maka itu tidak sanggup mengejar kedudukan mulia di sisi Allah walau ia mempunyai nasab (keturunan) yang mulia. Nasabnya itu tidak sanggup mengejar derajat mulia di sisi Allah. Karena kedudukan mulia di sisi Allah yaitu timbal balik dari amalan yang baik, bukan dari nasab. Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan dalam ayat lainnya,

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ

“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (QS. Al Mu’minun: 101). Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 308.

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Siapa saja yang amalnya itu kurang, maka kedudukan mulianya tidak sanggup menolong dirinya. Oleh karenanya, jangan terlalu berharap dari nasab atau silsilah keturunan dan keutamaan nenek moyang, jadinya sedikit dalam beramal.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 21).

Berlombalah dalam Kebaikan Meraih Ampunan dan Rahmat Allah dengan Amalan
Berlomba di sini bukan alasannya yaitu engkau keturunan Nabi atau orang sholih, namun yang dipandang yaitu siapa yang paling baik amalnya. Karena demikianlah yang Allah perintahkan dalam aneka macam ayat,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)

“Dan bersegeralah kau kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada nirwana yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran: 133-134).

Makara berlomba-lombalah dengan beramal. Beramal pun bukan asal-asalan. Beramal itu harus sesuai tuntunan. Seandainya seorang habib merekayasa suatu amalan yang tidak pernah ada dasarnya dari nenek moyangnya, maka terperinci amalan habib ibarat ini tertolak. Karena nasab tidak ada arti ketika ini, namun siapakah yang paling baik amalnya yang sesuai tuntunan, itulah yang paling mulia.

Fatimah (Puteri Muhammad) Saja Tidak Bisa Ditolong Ayahnya
Dalam shahihain disebutkan hadits dari Abu Hurairah, di mana ia berkata,

قَامَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ ) قَالَ « يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ – أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا – اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِى عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِى عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِى مَا شِئْتِ مِنْ مَالِى لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun ketika turun ayat, ” Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy Syu’ara: 214). Lalu dia berkata, “Wahai orang Quraisy -atau kalimat semacam itu-, selamatkanlah diri kalian sesungguhnya saya tidak sanggup menolong kalian sedikit pun dari Allah. Wahai Bani ‘Abdi Manaf, sesungguhnya saya tidak sanggup menolong kalian sedikit pun dari Allah. Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthollib, sesungguhnya saya tidak sanggup menolongmu sedikit pun dari Allah. Wahai Shofiyah bibi Rasulullah, sesungguhnya saya tidak sanggup menolongmu sedikit pun dari Allah. Wahai Fatimah puteri Muhammad, mintalah padaku apa yang engkau mau dari hartaku, sesungguhnya saya tidak sanggup menolongmu sedikit pun dari Allah.” (HR. Bukhari no. 2753 dan Muslim no. 206).

Jika Fatimah saja puteri Nabi tidak sanggup ditolong oleh ayahnya sendiri, bagaimanakah dengan keturunan di bawahnya, apalagi bila cuma ratifikasi saja sebagai keturunannya.

Makara anggapan ahlul bait dijamin masuk nirwana itu salah ya!

Demikianlah artikel tentnag ahlul bait. Semoga bermanfaat dan sanggup meningkatkan keimanan.