Hidup Hanya Sebentar, Selagi Masih Ada Kesempatan Bahagiakan Orang Tuamu


Image from hipwee.com

“Halo Kak, nanti malam jadi makan di rumah ‘kan?”

“Haduh Ma, gak sempat. Ini lagi sibuk kerjaan di kantor masih numpuk. Nanti saya telepon lagi deh ya? Bye…”

Mungkin dikala ini kau bukanlah pribadi yang mempunyai banyak waktu luang. Jangankan menyempatkan diri mengobrol bersama keluarga, meluangkan waktu untuk diri sendiri saja rasanya begitu susah.

Sibuk mengejar mimpi, kau tidak sempat lagi melihat senyum di wajah orangtua yang kau cinta. Padahal niatmu berusaha keras yakni untuk membanggakan mereka. Dan berapa usang lagi sih waktu yang kau punya untuk mengukir senyum di wajah mereka?

Setelah menjadi orangtua, ayah-ibumu memangkas habis ego mereka. Semua keputusan diambil untuk kepentingan malaikat kecilnya

Ayah dan ibumu tentu tidak pernah menyampaikan padamu betapa banyak yang harus mereka korbankan untuk membesarkan anak kesayangannya. Malam-malam yang tadinya bisa dilewati dengan damai sekarang terganggu dengan tangis bayi mungil kelaparan.

Mereka juga harus berhemat demi memastikan kaleng susumu masih cukup hingga simpulan bulan. Semua ini disimpan jadi belakang layar sebab mereka tak ingin kau merasa berhutang pada orangtua.

Bisa jadi pulangnya ayah di tengah malam, dikarenakan pekerjaan pemanis yang beliau ambil untuk menambah uang sebab bajumu yang terlalu cepat kekecilan. Selepas masa kecil, kebutuhanmu pun kian memuncak. Kini tidak hanya harus berjibaku membeli popok dan membayar uang imunisasi saja, mereka juga harus memikirkan besaran uang sekolah yang harus dibayar sempurna pada waktunya.

Deretan kosmetik mahal dan baju dari merk populer tidak lagi ada di lemari ibumu. Besaran pendapatan yang tidak seberapa harus diatur sedemikian rupa biar semua keperluan bisa terbayar. Ayahmu juga harus menahan lonjakan keinginan untuk mengoleksi aneka barang antiknya. Alasannya pun sederhana, uang yang biasa ia belikan lemari hias kuno dialokasikan untuk membayar asuransi kesehatan malaikat mungil kesayangannya.

Tak hanya demi memenuhi kebutuhan. Mereka pun membanting tulang biar bisa menyampaikan “Iya” pada setiap keinginan anaknya

“Masihkah kau mengingat dikala ingin sekali mempunyai boneka dan menangis biar orangtuamu membelikannya?”

Setiap anak memilikinya. Meminta orangtua membelikan barang impian hingga memaksa-maksa. Karena itu, orangtua berjuang tak hanya demi memenuhi kebutuhanmu. Mereka pun akan membanting tulang demi bisa memenuhi keinginanmu.

Orangtuamu tidak selalu mempunyai cukup uang ketika kau tiba dengan gugusan kemauan. Ingin dibelikan sepatu baru, Play Station, atau mungkin laptop menyerupai milik sepupumu. Mereka tak akan pribadi bilang ‘Tidak’, namun sebisa mungkin akan berusaha membelikannya untukmu. Tidak ada alasan yang lebih dalam, keduanya hanya ingin mencetak rasa senang di wajah anaknya yang mereka begitu cinta.

:

Tahun-tahun terlewati. Mereka tak ragu mengencangkan ikat pinggang dan mematikan keinginan pribadi demi menggenapi hidup sang buah hati

Seperti yang dilansir oleh hipwee.com, bagi kedua orangtua tidak ada yang lebih melegakan dari tergenapinya semua kebutuhan dan keinginan sang anak. Walau harus menahan rasa lapar dan mengesampingkan semua kehendak, tapi itu semua tidak akan dilihat sebagai bentuk kerugian. Pengorbanan dan ketulusan mereka seringkali terpancar lewat kalimat seperti:

“Udah dimakan aja sama kamu, Ibu masih kenyang kok.”

“Mas dulu aja yang beli baju, ntar kalau ada sisa uang gres Bapak.”

Terkesan sederhana memang, tapi jikalau semua itu dilakukan sebab rasa cinta yang begitu dalam untukmu. Mereka memprioritaskan semua yang berkaitan dengan sang anak di atas segala hal. Sebesar apapun keinginan atau kebutuhan orangtua, bila itu berbenturan dengan kepentingan si buah hati maka mereka tak akan ragu memundurkannya ke belakang.

Ayah-Ibu terperinci tidak meminta imbalan. Namun di hari yang sudah semakin senja, tidak inginkah kau menorehkan senyum di wajah mereka?

Jika mau sedikit saja membuka corong ingatan, tentu akan ada sangat banyak jejak usaha orangtuamu di dalam sana. Baju yang kau kenakan kini, rumah yang di tinggali hingga dikala ini, bahkan hingga lembaran ijazah dengan namamu itu semua yakni bukti rasa cinta mereka kepada anaknya. Sebisa mungkin orangtua selalu berusaha menawarkan kenyamanan kepada darah daging yang begitu dikasihi.

Kini anaknya yang mungil sudah berubah menjadi jadi laki-laki atau perempuan dewasa. Kamu juga telah mempunyai kemampuan untuk membahagiakan mereka. Di badan yang semakin sudah renta, mereka butuh pundakmu yang berpengaruh untuk bersandar hingga waktu menutup mata itu tiba. Isilah kesempatan itu dengan usaha sebaik-baiknya.

Waktu mereka punya tidak akan lagi lama. Membahagiakan mereka yakni kewajiban yang harus dituntaskan selagi masih ada

Kesibukan melakoni pekerjaan atau kiprah kuliah tak ayal membuatmu tak lagi cukup waktu untuk bercengkerama dengan orangtua. Sepulangnya kau dari segala kegiatan harian, hal yang paling diinginkan yakni selimut hangat dan empuknya peraduan. Kamu lupa, bahwa mereka ingin pula kau ajak bicara, mendengarkan dongeng anaknya.

Di simpulan pekan pun kau sudah sibuk dengan aneka kesepakatan pergi bersama sobat terdekat atau pasangan. Menghabiskan malam hingga pagi hari dilakukan, demi melepas penat sebab harus berjibaku dengan sasaran pekerjaan yang memusingkan. Lagi-lagi kau lupa, bahwa di rumah sana ada orangtua yang kebahagiaannya menjadi tugasmu yang dihentikan terlupa.

Memang bukan salahmu menghabiskan banyak waktu meraih impian dan berteman sebanyak-banyaknya. Ayah dan ibu juga akan merasa senang melihat keberhasilan yang diukir oleh anak tercintanya. Namun yang jadi pertanyaan, sudahkah kau menyediakan cukup waktu dan tenaga untuk membahagiakan mereka?

Kita terperinci tidak akan pernah tahu batas hidup yang dipunya. Tapi selagi masih ada waktu tersisa, bahagiakanlah mereka sebaik yang kita bisa

Orangtua terperinci tidak akan menuntut banyak dari anaknya. Di hari tua, hal yang paling mereka inginkan yakni topangan menjalani sisa hari yang dipunya. Perhatian dan kasih sayang yang kau berikan akan jadi bentuk tanggapan yang paling dirindukan. Mengusap punggung ibumu yang sedang batuk sebab kesehatan yang menurun atau sekedar mendengar dongeng masa muda ayah sudah cukup menciptakan mereka tersenyum.

Untuk itu selagi masih ada waktu dan kesempatan, cobalah untuk lebih banyak mengukir senang di wajah yang semakin menua itu.

Karena jikalau hari terakhir mereka tiba kau tidak akan pernah menyesal sebab belum sempat membahagiakan bapak dan ibumu. Untuk semua yang telah mereka lakukan, buatlah mereka senang selagi masih ada masa tersisa.

Demikian, semoga bermanfaat.
Related Posts