Istimewanya Jabat Tangan, Selain Mempererat Silaturahmi Dapat Merontokan Dosa


Image from rumaysho.com

Jangan disepelekan, kasus kecil tapi sanggup menghapus beribu dosa.

Manusia diciptakan oleh Allah untuk saling bersosialisasi. Salah satu untuk cara mempererat dengan berjabat tangan kalau bertemu. 

Keistimewaannya pun sangat tinggi. Rugi kalau tidak mengetahuinya secara detail padahal itu harusnya dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari..

Berjabat tangan atau bersalaman merupakan amalan yang ringan dan gampang dilakukan. Namun, kegiatan ini terkadang dianggap biasa dan dilakukan sekedar rutinitas atau bukti kesantunan insan beradab.

Di sisi lain, terkadang orang kurang memahami keutamaan amal shalih ini, padahal betapa banyak kebaikan dan pahala dari Allah Ta’ala ketika kita menjulurkan tangan kita seraya mengharap kecintaan Allah ‘Azza wa Jalla. Disinilah pentingnya ilmu dan terus berguru sehingga kita menjadi lebih mengetahui fikih seputar keutamaan bersalaman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا

“Tidaklah dua orang muslim yang bertemu kemudian berjabat tangan, melainkan dosa keduanya sudah diampuni sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Daud no. 5212 dan at-Tirmidzi no. 2727, dishahihkan oleh al-Albani)

Namun, perlu digarisbawahi bahwa tidak diperkenankan berjabat tangan dengan perempuan yang bukan mahram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَأَنْ يُطْعَنُ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ

“Andai kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu masih lebih baik daripada ia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 4544, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 226)

Seperti yang dilansir oleh rumaysho.com, Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Berjabat tangan itu sanggup menambah kecintaan”. Al-Imam Mujahid rahimahullah berkata: “Telah hingga kepadaku bahwasannya apabila dua orang yang saling mengasihi (karena Allah) saling melihat kemudian salah satunya tertawa kepada sahabatnya dan keduanya saling berjabat tangan maka bergugurlah kesalahan-kesalahan keduanya sebagaimana gugurnya daun-daun dari pepohonan”.

Seseorang berkata kepada beliau: “Sungguh ini merupakan amalan yang ringan sekali”. Beliaupun menyahut: “Kamu katakan ringan? Padahal Allah berfirman:

لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ

“Walaupun kau membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi pasti kau tidak sanggup mempersatukan hati mereka. Akan tetapi, Allah telah mempersatukan hati mereka.” (QS. Al-Anfal : 63) (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hlm. 291)

Subhanallah, betapa Allah Maha Pemurah menurunkan syariat jabat tangan sebagai media mempererat kecintaan, menambah berpengaruh tali persaudaraan, menjauhkan permusuhan, serta menggugurkan dosa dan kesalahan. 

Bukan sekedar gerakan tangan tanpa makna, namun yang dimaksudkan yaitu jabat tangan yang dilandasi keimanan serta kecintaan pada Allah Ta’ala.

Berjabat tangan yang diiringi amalan hati bahwa ia mencintainya sebab Allah Ta’ala, diiringi raut muka bersahabat, serta menghindari penampakan dhahiriyah yang menyampaikan perilaku permusuhan. Ekspresi kegembiraan terpancar konkret sehingga orang lain merasa nyaman dan bahagia.

Ini merupakan wujud muamalah yang baik sebab ia telah memuliakan orang lain sebagaimana yang disyariatkan Islam.

:

Tentu dalam aplikasinya, harus pula mengindahkan aturan-aturan syariat, ibarat tidak berjabat tangan dengan orang-orang selain mahramnya. Begitu pula etika mulia ini perlu dibiasakan, ibarat istri terhadap suami, anak kepada orang tua, ketika bertandang ke tetangga, kerabat dan dalam banyak momen-momen pertemuan.

Bukankah insan tempatnya lupa dan salah, apalagi dalam bersosialisasi dengan orang lain. Oleh sebab itu, sebagai penghilang kesalahan-kesalahan di antaranya dengan jabat tangan.

Kehidupan di dunia ini terasa lebih indah lagi serasi tatkala setiap insan menyadari dan mengamalkan amal shalih.

Saat topan perselisihan atau konflik melanda rumah tangga, segera raih tangan pasangan, ucapkan ungkapan maaf penuh kecintaan, genggam erat tangannya seraya berdoa biar Allah Ta’ala menyatukan hatinya.

Atau menghadapi anak yang tengah rewel, ngambek, atau sulit diatur, segera tenangkan diri Anda, jabat tangannya dan katakan setulus hati bahwa Anda mencintainya sebab Allah Ta’ala, mudah-mudahan dengan kiat ini hatinya tak lagi sekeras kerikil karang dan Allah temukan perasaan cinta dalam hatinya.

Demikian pula, ketika terjadi konflik dengan orang lain maka bersikaplah tawadhu. Jabat tangannya dan mulailah menuntaskan permasalahan dengan kepala dingin. Tak ada salahnya Anda memulai dahulu amalan indah ini. Berlomba-lombalah dalam kebaikan dan takwa.

Akhlak mulia merupakan belahan dari tujuan diutusnya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan belahan yang penting dari dien (Islam) yaitu budpekerti yang mulia.

Para salaf mengatakan, “Dunia tidak ada artinya, kecuali dengan agama, dan tidak ada agama, kecuali dengan budpekerti yang mulia.” (Jami’ul ‘Ulum Wal-Hikam : 399)

Wallahu A'lam.