Masyaallah Air Tsunami Tidak Masuk Masjid, Malah Air Melompati Kubah Setinggi Pohon Kelapa
Kondisi Masjid Jami Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah yang tetap utuh meski disekelilingnya bangunan hancur diterjang tsunami via Tribunnews
Masjid banyak yang protes tak percaya petaka di Palu sebagai peringatan dari Allah.
Lihat, gres diungkap kesaksian korban gempa Palu yang ketika itu berjamaah di Masjid.
Air tak masuk Masjid Jami Pantoloan, malah loncat setinggi pohon kelapa. MasyaAllah.
Kita ditunjukkan sekali lagi, sesudah banyak bukti masjid masjid lain yang masih utuh, bahkan jam dindingnya tak bergeser dari tempatnya.
Bencana alam gempa bumi dan tsunami yang mengguncang wilayah Palu, Sulawesi Tengah meninggalkan aneka macam kisah yang mungkin tak masuk logika.
Satu di antaranya gres diungkap warga korban gempa yaitu bangunan Masjid Jami Pantoloan di Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Tawaeli, Palu.
Disaat bangunan di sekelilingnya luluh lantak diterjang tsunami, kondisi masjid ini tetap berdiri kokoh.
Tak ada satu pun terlihat kerusakan di bangunan masjid menyerupai bekas terjadi gempa dan tsunami yang terjadi di daerah itu.
Tembok di masjid itu juga tidak terlihat adanya noda sama sekali.
Padahal, lokasi masjid berwarna hijau itu hanya berjarak sekira 50 meter saja dari pantai dan Pelabuhan Pantoloan.
Muhammad Alif Firmanyah (18), saksi mata yang ketika peristiwa tsunami berada di dalam Masjid Jami Pantoloan menyebut masjid ini sangat faktual dilindungi dari peristiwa maha dahsyat itu.
Kondisi masjid Pantoloan Palu
Saat peristiwa gempa mengguncang, Alif dan para jemaah hendak menunaikan Salat Maghrib berjamaah di masjid yang berdasarkan kisah warga telah dibangun semenjak tahun 1936 itu.
Alif menceritakan ketika adzan Maghrib tengah dikumandangkan, tiba-tiba terjadilah gempa yang begitu dahsyat.
:
- Nyata, Cerita Korban Tsunami Palu Selamat Karena Doa Sang Ibu, Sudah Terseret Lumpur 200 Meter
- Ilmuan: Seharusnya Tidak Ada Tsunami di Palu dan Donggal Karena Gempa Ini Tidak Wajar
- Astagfirullah, Likuifaksi di Palu Ternyata Telah Tertulis Jelas Dalam Al Qur'an
Para jemaah pun pribadi lari berhamburan ke luar alasannya yaitu takut tertimpa bangunan.
Namun, sang muadzin tetap meneruskan kumandang adzannya hingga simpulan gres kemudian lari ke luar masjid.
”Saya waktu itu sedang ngambil air wudhu. Adzan itu belum simpulan dikumandangkan tiba-tiba diguncang gempa,” kata Alif ditemui di Masjid Jami Pantoloan, Sabtu (13/10/2018) dilansir Tribunnews.
Alif menuturkan gempa itu menciptakan banyak jemaah yang berjatuhan sampai terpental ke luar pagar masjid.
Mereka pun terus berdoa dan melantunkan dzikir di tengah kepanikan yang terjadi.
“Waktu gempa hingga ada yang terpental ke luar hingga pagar. Semua orang berdzikir waktu gempa,” ungkapnya menceritakan saat-saat mencekam itu terjadi.
Alif menceritakan gelombang air tsunami yang begitu tinggi dan kencang itu sama sekali tak menyerang masjid tersebut.
Bahkan, ia menyebut gelombang air setinggi pohon kelapa itu justru melompati masjid tersebut dan terbelah sesudah melewati kubah masjid.
“Air maritim tidak masuk ke masjid sama sekali. Bahkan, ke halaman masjid pun tidak masuk, tapi ia naik ke atas melompati kubah masjid ini,” kata Alif.
Melihat peristiwa itu, Alif dan para jemaah yang ada di masjid pun dibentuk terpana.
Mereka tak henti memanjatkan doa dan dzikir atas mukjizat yang gres saja disaksikannya.
“Kita semua di sini terus berdzikir,” kata Alif.
Setelah gelombang tsunami berhenti, barulah air masuk ke dalam masjid melalui bab belakang.
Namun air itu damai dan tak bergejolak.
“Air masuk ketika sudah surut. Posisi air tiba dari belakang masjid dan setinggi sekira selutut,” ucapnya.
Kondisi masjid Pantoloan Palu
Ismail (46), jemaah yang juga berada di dalam masjid ketika tsunami terjadi mengakui kalau air tsunami sama sekali tak menyerang Masjid Jami Pantaloan.
Menurut dia, semua itu terjadi semata alasannya yaitu kuasa dan pinjaman Allah SWT.
“Ini murni alasannya yaitu kuasa Allah alasannya yaitu memang tidak masuk logika. Sehari-harinya masjid ini digunakan untuk salat berjamaah, pengajian dan kumpul warga,” kata Ismail.
MasyaAllah, jikalau ketika itu Anda melihat sendiri apa masih belum tergugah iktikad dalam sanubari kita?