Jangan Terprovokasi, Apalagi Hingga Menyebar Hoax Dan Ujaran Kebencian
Hati-hati HOAX dan ujaran kebencian (foto:Kanavino/detikcom)
Polemik pernyataan PSI terkait Peraturan Daerah agama semakin memanas...
Nampaknya ada oknum yang kemudian memanfaatkan situasi tersebut untuk menyebar hoax dan ujaran kebencian.
Namun jangan hingga kita ikut terpancing melakukannya, sebab hal tersebut bukanlah perilaku islam!
Beberapa waktu kemudian Partai Solidaritas Indonesia menegaskan Peraturan Daerah berlandaskan agama tidak sesuai dengan semangat persatuan.
PSI menilai Perda agama tidak sesuai dengan semangat persatuan, menciptakan masyarakat terpecah, dan berpotensi mengancam persatuan nasional.
Pernyataan yang disampaikan ketum PSI, Grace Natali tersebut sontak mengakibatkan kecaman.
Karena tak sesuai dengan landasan dasar negara Indonesia yang berkonsep Ketuhanan.
Namun, nampaknya situasi itulah yang dimanfaatkan oleh segelintir oknum untuk membuatkan Hoax dan ujaran kebencian.
PSI Polisikan Akun Facebook yang Tuding Grace Natalie Pelacur (Kanavino/detikcom)
Akibat kejadian tersebut, PSI melaporkan akun Facebook yang membuatkan foto syur editan sang Ketum, Grace Natalie ke Polda Metro Jaya, Rabu (14/11/2018).
Hoax dan ujaran kebencian bukanlah perilaku islam
Di demam isu politik ini, kita umat muslim harus lebih berhati-hati. Karena dapat saja isu sensitif kemudian di goreng sedemikian rupa demi sebuah kepentingan sebagian kelompok.Meskipun ada yang mengusik hati kita, ada watak yang harus kita tetap jaga.
Perlu hati-hati dan selektif dan share atau menyebar suatu kabar, apalagi belum terang sumbernya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukup seseorang dikatakan dusta, bila ia menceritakan segala apa yang ia dengar.” (HR. Muslim no. 5).
Janganlah kita tergesa-gesa membuatkan isu semacam tersebut, sebab perilaku menyerupai ini hanyalah berasal dari setan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّأَنِّي مِنَ اللهِ , وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Ketenangan datangnya dari Allah, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan.” (HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra 10/104 dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya 3/1054)
Allah Ta’ala pun memerintahkan kepada kita untuk mengusut suatu isu terlebih dahulu sebab belum tentu semua isu itu benar dan valid.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bila tiba kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, biar kau tidak menimpakan suatu peristiwa alam kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang mengakibatkan kau menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 6)
Lalu, apabila kita sudah memastikan keberannya, apakah isu tersebut akan kita sebarkan begitu saja? Jawabannya tentu saja tidak.
Jika tidak ada keuntungannya atau bahkan justru berpotensi mengakibatkan salah paham, keresahan atau kekacauan di tengah-tengah masyarakat dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya maka haruslah di tinggalkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 74)
Sekali lagi kita harus berhati-hati. Ketika arus informasi demikian mudahnya, seringkali tanpa berfikir panjang kita eksklusif membuatkan (men-share) semua isu dan informasi yang kita terima, tanpa terlebih dahulu meneliti kebenarannya dan manfaatnya.
Padahal dalam islam jelas, perbuatan tersebut tidak di perkenankan. Demikian, Wallahu A'lam.