Sedang Dalam Kondisi Haid, Bolehkah Berdzikir, Bagaimana Hukumnya?


Gambar ilustrasi dilansir dari kabarmakkah.coom

Bolehkah perempuan yang sedang haid berzikir

Seperti dzikir pagi petang, dzikir sebelum tidur yang banyak berisi ayat-ayat Al Quran.

Bagaiman hukumnya?

Berikut sebuah pertanyaan dan juga tanggapan yang telah kami rangkum dari konsultasisyariah.com, tentang persoalan serupa. Semoga menambah keilmuan kita.

Pertanyaan:

Assalamualaikum warohmatullahhi wabarokatuh

Pertanyaan saya, bolehkah perempuan yang sedang haid berzikir ? terimakasih

Wasalamualaikumwarohmatullahi wabarokatuh

Dari: A. Nurmalinda

Jawaban:

Wa alaikumus salam warohmatullahhi wabarokatuh

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Islam tidak melarang umatnya untuk beribadah, selama tidak melanggar aturan. Karena setiap insan dituntut untuk menjalankan ibadah selama hayat masih dikandung badan.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Beribadahlah kepada Tuhanmu hingga tiba kepadamu kematian.” (QS. Al-Hijr: 99)

Demikian pula perempuan haid, dia tidak dihentikan untuk melaksanakan semua bentuk ibadah. Hanya ada ibadah tertentu yang dihentikan dikala haid. Diantaranya:

Pertama, shalat

Dari Abu Said radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ ، وَلَمْ تَصُمْ فَذَلِكَ نُقْصَانُ دِينِهَا

“Bukankah kalau si perempuan haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa? Itulah kekurangan agama si wanita.” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 1951 dan Muslim no. 79)


Kedua, puasa

Sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu Said radhiyallahu ‘anhu di atas.


Ketiga, thawaf di ka’bah

Aisyah pernah mengalami haid dikala berhaji. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlihatkan panduan kepadanya,

فَافْعَلِى مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ ، غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِى بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِى

“Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melaksanakan thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” (HR. Bukhari no. 305 dan Muslim no. 1211)


Keempat, menyentuh mushaf

Orang yang berhadats (hadats besar atau hadats kecil) tidak boleh menyentuh mushaf seluruhnya ataupun hanya sebagian. Inilah pendapat para ulama empat madzhab.

Dalil dari hal ini yakni firman Allah Ta’ala,

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al Waqi’ah: 79)

Dalil lainnya yakni sabda Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam,

لاَ تَمُسُّ القُرْآن إِلاَّ وَأَنْتَ طَاهِرٌ

“Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, ia menyampaikan bahwa sanad hadits ini shahih)


Kelima, I’tikaf

Inilah yakni pendapat lebih banyak didominasi ulama dari madzhab Maliki, Syafii, dan Hambali. Sementara madzhab Hanafi menyatakan bahwa i’tikaf perempuan haid tidak sah, lantaran mereka mempersyaratkan orang yang I’tikaf harus dalam keadaan puasa di siang harinya. Sementara perempuan haid, tidak boleh puasa.

Pendapat yang berbeda dalam hal ini yakni madzhab Zahiriyah.

Pendapat yang lebih berpengaruh dalam hal ini yakni pendapat lebih banyak didominasi ulama bahwa perempuan haid tidak boleh melaksanakan I’tikaf. Dalilnya, firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقْرَبُوا الصَّلاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلا جُنُباً إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau shalat, sedang kau dalam Keadaan mabuk, sehingga kau mengerti apa yang kau ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kau dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kau mandi…(QS. An-Nisa: 43).


Keenam, kekerabatan intim

Allah Ta’ala berfirman,

فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ

“Oleh lantaran itu hendaklah kau menjauhkan diri dari (hubungan intim dengan) perempuan di waktu haid.” (QS. Al Baqarah: 222).

Wanita Haid Boleh Melakukan Zikir

Selain enam jenis ibadah di atas, perempuan boleh melaksanakan ibadah lainnya.

Ketika mengikuti haji wada’ Aisyah mengalami haid. Diapun menangis lantaran takut tidak sanggup melaksanakan manasik haji. Melihat istrinya menangis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghiburnya dan memperlihatkan panduan kepadanya,

فَافْعَلِى مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ ، غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِى بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِى

Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melaksanakan thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” (HR. Bukhari no. 305 dan Muslim no. 1211)

Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,

ومن المعلوم أن الحاج يقوم بكثير من الأذكار مثل التلبية، ومثل الذكر والدعاء في عرفة، والذكر في أيام منى، والدعاء بعد الرمي من الجمار، والذكر والدعاء في المشعر الحرام

Seperti yang kita tahu, bahwa jamaah haji melaksanakan banyak dzikir (selama di tanah suci), ibarat membaca talbiyah, dzikir dan doa di arafah, dzikir dikala di Mina, doa sesudah melempar jumrah, atau dzikir dan doa di al-Masy’ar al-Haram (Muzdalifah). (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 34948)

:

Imam Ibnu Baz mengatakan,

الحائض مشروع لها ما يشرع لغيرها من ذكر الله عز وجل، تسبيحه وتحميده وتهليله وتكبيره، والاستغفار والتوبة وسماع القرآن ممن يتلوه، وسماع العلم والمشاركة في حلقات العلم، سماع ما يذاع من حلقات العلم، وحلقات القرآن والاستفادة من ذلك، مثل غيرهن

Wanita haid dianjurkan untuk berdzikir sebagaimana insan yang lainnya, ibarat membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar, bertaubat, mendengarkan al-Quran dari orang yang membacanya, ikut kajian, atau mendengarkan rekaman kajian ilmu atau tafsir, atau yang lainnya.

Kemudian ia membawakan dalil,

النبي صلى الله عليه وسلم قال للحائض: (افعلي ما يفعله الحاج غير أن لا تطوفي في البيت حتى تطهري) فأمرها المرأة أن تفعل مثل ما يفعله الحجاج من التلبية، والذكر، وسائر الوجوه الشرعية ما عدا الطواف، فدل ذلك على أنها مثل غيرها، ترمي الجمار، تلبي، تذكر الله، تسبح، تحمد، تهلل، تستغفر

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda perihal perempuan haid: ” Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melaksanakan thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.”

Beliau memerintahkan perempuan haid untuk melaksanakan acara sebagaimana yang dilakukan jamaah haji lainnya, berupa talbiyah, dzikir, atau amal sunah lainnya, selain thawaf.

Ini memperlihatkan bahwa perempuan haid, statusnya ibarat yang lainnya. Dia melempar jumrah, melantunkan talbiyah, berdzikir, bertasbih, bertahmid, tahlil, atau beristighfar.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits. Semoga bermanfaat, Wallahu A'lam.