Seperti Inilah Teman Baik Yang Sudah Di Anggap Menyerupai Saudara, Namun Dihari Selesai Zaman Menjadi Musuh


Sumber gambar hidayatullah.com

Bagaimana dapat seorang sahabat baik kita didunia, susah bahagia dijalani bersama.

Oranglain yang sudah dianggap menyerupai keluarga. Tapi mengapa dihari final zaman kelak ia menjadi musuh kita.


Ternyata menyerupai ini penjelasannya

Perlu disadari bahwa dikala menjalin pertemanan dalam islam bukanlah problem yang dianggap biasa saja, Karena hal ini akan terbawa hingga hari kiamat.

Bagaimana Allah ‘Azza wa Jalla menggambarkan kekerabatan pertemanan yang akan terbawa hingga hari final zaman dalam firmannya,

(66). هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ


Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari final zaman kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya.

Selain itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat az-Zukhruf ayat 67:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ.

“Teman-teman bersahabat pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”(QS. az-Zukhruf [43]: 67)

Penjelasan Ayat Mengenai Teman Baik yang Menjadi Musuh di Hari Kiamat

Berkaitan dengan ayat di atas, para ulama menjelaskan bahwa kalau kasih sayang dalam persahabatan yang kita jalin dengan sahabat kita bukan didasari alasannya ialah Allah, maka kelak hal itu akan berbalik menjadi permusuhan di hari kiamat.

Apalagi kalau sahabat kita tersebut sering mengajak dan menjerumuskan kita ke dalam perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah menyerupai kesyirikan dan kemaksiatan, maka dapat dipastikan dia akan menjadi musuh yang kasatmata bagi kita di hari kiamat.

Dan hal ini tidak berlaku kepada orang-orang yang bertakwa, yang mana mereka menjalin persahabatan alasannya ialah Allah dan di atas ketakwaan kepada Allah. (Lihat klarifikasi Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam kitab Taisir al-Karim ar-Rahman, cetakan Dar Ibnu Hazm, Beirut 1424 H, halaman 735)

:

  1. Masya Allah Perjuangan Muadzin Kecil Kumandangkan Adzan Hingga Seperti Ini
  2. Berhenti Makan Sebelum Kenyang Tapi Makanan Belum Habis, Apa yang Harus Dilakukan?


Akhir Kisah dari Persahabatan 2 Orang Mukmin

Ketika menafsirkan QS. az-Zukhruf ayat 67 di atas, Imam al-Baghawi rahimahullah menukilkan sebuah dongeng yang diriwayatkan oleh Abu Ishaq dari Sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, yang mana dia mengatakan:

“Ada dua orang mukmin yang saling bersahabat dan dua orang kafir yang saling bersahabat.

Ketika salah satu dari orang mukmin tersebut meninggal dunia ia pun berkata:

يَا رَبِّ إِنَّ فُلَانًا كَانَ يَأْمُرُنِيْ بِطَاعَتِكَ وَطَاعَةِ رَسُوْلِكَ، وَيَأْمُرُنِيْ بِالْخَيْرِ وَيَنْهَانِيْ عَنِ الشَّرِّ، وَيُخْبِرُنِيْ أَنِّيْ مُلَاقِيْكَ، يَا رَبِّ فَلَا تُضِلَّهُ بَعْدِيْ وَاهْدِهِ كَمَا هَدَيْتَنِيْ وَأَكْرِمْهُ كَمَا أَكْرَمْتَنِيْ، فَإِذَا مَاتَ خَلِيْلُهُ الْمُؤْمِنُ جَمَعَ بَيْنَهُمَا، فَيَقُوْلُ: لِيُثْنِ أَحَدُكُمَا عَلَى صَاحِبِهِ، فَيَقُوْلُ: نِعْمَ الْأَخُ، وَنِعْمَ الْخَلِيْلُ، وَنِعْمَ الصَّاحِبُ.

“Wahai Rabb-ku sesungguhnya si fulan dahulu memerintahkanku untuk berbuat taat kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dia juga menerintahkanku untuk melaksanakan amal kebaikan dan menjauhi kejelekan, dia juga mengabarkan kepadaku bahwa suatu dikala saya akan bertemu dengan-Mu, (maka) wahai Rabb-ku janganlah Engkau sesatkan dia sehabis sepeninggalanku, berilah ia petunjuk sebagaimana Engkau telah memperlihatkan petunjuk kepadaku, serta muliakanlah dia sebagaimana Engkau telah memuliakanku.”

Ketika sahabat dari orang mukmin tersebut itu meninggal dunia, maka Allah pun mengumpulkan keduanya, dan Allah menyampaikan kepada mereka:

“Hendaklah kalian saling memuji satu sama lain!.” Kemudian orang mukmin tersebut berkata:

“Inilah sebaik-baiknya saudara, sebaik-baiknya sahabat dan sebaik-baiknya teman.”

Akhir Kisah dari Persahabatan 2 Orang Kafir

Adapun ketika salah satu dari dua orang kafir tersebut meninggal dunia, ia berkata:

يَا رَبِّ إِنَّ فُلَانًا كَانَ يَنْهَانِيْ عَنْ طَاعَتِكَ وَطَاعَةِ رَسُوْلِكَ، وَيَأْمُرُنِيْ بِالشَّرِّ وَيَنْهَانِيْ عَنِ الْخَيْرِ، وَيُخْبِرُنِيْ أَنِّيْ غَيْرُ مُلَاقِيْكَ، فَيَقُوْلُ: بِئْسَ الْأَخُ، وَبِئْسَ الْخَلِيْلُ، وَبِئْسَ الصَّاحِبُ.

“Wahai Rabb-ku, sesungguhnya si fulan dahulu melarangku untuk berbuat taat kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dan ia (justru) menyuruhku untuk berbuat kejelekan dan melarangku dari berbuat kebaikan. Dia juga mengabarkan kepadaku bahwa kelak saya tidak akan pernah bertemu dengan-Mu. Maka orang kafir tersebut berkata:

“Inilah seburuk-buruknya saudara, seburuk-buruknya sahabat dan seburuk-buruknya teman.”

(Lihat Tafsir al-Baghawi, karya Syaikh Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi, cetakan Dar al-Ma’rifah, Beirut 1413 H, Jilid ke-4 halaman 145).

Kisah ini menjelaskan bahwa persahabatan yang dijalin oleh orang-orang mukmin itu akan berakhir indah dan penuh kenikmatan alasannya ialah Allah telah meridhainya. Sedangkan persahabatan yang dijalin oleh orang-orang kafir itu akan berakhir dengan kesengsaraan dan adzab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hikmah yang Dapat Kita Ambil Dari Masalah Ini

Dari klarifikasi ayat dan dongeng di atas kita dapat mengetahui bekerjsama orang-orang yang menjadi sahabat bersahabat kita ketika di dunia ini, tidaklah semuanya akan tetap menjadi sahabat bersahabat kita ketika di darul abadi kelak.

Namun dapat jadi sebagian dari mereka justru akan menjadi musuh bagi kita. Maka dari itu hendaknya kita harus lebih hati-hati dan selektif dalam menentukan sahabat dekat.

Jauhilah sebisa mungkin orang-orang dapat menjerumuskan kita ke dalam perbuatan maksiat dan dosa.

Dan jangan pernah untuk mengakibatkan orang-orang kafir itu sebagai sahabat kita, biar kita dapat terhindar dari penyesalan dan selamat dari adzab Allah di hari final zaman nanti.