Untuk Apa Kita Hidup? Ini Pesan Mendalam Yang Diungkapkan Ustadz Abdul Somad


UAS menuliskan pesan mendalam untuk apa kita hidup di dunia ini. (instagram)

Ustadz, untuk apa kita hidup?

Bisa nggak kita minta: "Nggak usah hidup, nggak usah ada surga, nggak usah ada neraka"

Begini pesan mendalam yang dituliskan Ustadz Abdul Somad mengenai pertanyaan tersebut.

Ustadz Abdul Somad (UAS) menyinggung soal hidup dan mati di akun Instagram miliknya, @ustadzabdulsomad, Minggu (28/10/2018) siang.

UAS menuliskan pesan mendalam untuk apa kita hidup di dunia ini.

Berikut goresan pena UAS yang diunggah dalam akun Instagramnya:

"Ustadz, untuk apa kita hidup? Bisa nggak kita minta: Nggak usah hidup, nggak usah ada surga, nggak usah ada neraka"

Ustadz menjawab lebih semangat, "Kau cari jembatan. Terjun dari atas. Mampus kau dalam neraka jahannam".

Jamaah membalas: "Insya Allah, Ustadz"

Jangan-jangan beliau terjun beneran. Padahal tanggapan itu ada di Surah pertama Juz 29, Surah Al-Mulk: "Dia yang membuat mati dan hidup untuk menguji kau siapa yang paling baik amalnya"

Kita masih hidup hingga hari ini, bukan alasannya kita ingin, alasannya berbagai yang ingin hidup, tapi duluan mati. Allah ingin kita beramal.

Sempat-sempatkan Dhuha sebelum pergi pagi.
Sempat-sempatkan shalawat dalam perjalanan.
Sempat-sempatkan shalat jamaah ke masjid.
Sempat-sempatkan baca Qur'an menjelang sholat, atau setelah sholat.

Sempat-sempatkan ke warung dikala gres sanggup duit, beli beras, gula, teh, roti, yang biasa kita makan, kemudian sempat-sempatkan singgah ke rumah anak yatim, faqir miskin. Makanan itu kemudian di leher kita, singgah pula di tenggorokan mereka.

Kalau rezeki berlebih, sempat-sempatkan mencari orang terlilit utang. Motor gres hilang, debt collector asik datang. Membuat duduk perkara orang hilang, Allah buat kita senang.

Kalau nampak jam tangan harga 30 Juta, duit ada. Tahan selera. Yang sejuta pun jarumnya dua juga, fungsinya sama. Kadang kita aja rasa bangga, orang tengok tak apa-apa. Sisanya tiba ke MDA, bayarkan honor guru tertunda.

Itulah hidup.

Tapi jangan besar hati dengan amal, alasannya neraka sudah mengenal, orang yang baik dan yang binal.

Jangan aniaya orang, jangan makan titik peluh. hidup singkat, bukan lama. Yang kaya-kaya dulu, mati.



"Ustadz, untuk apa kita hidup? Bisa nggak kita minta: Nggak usah hidup, nggak usah ada surga, nggak usah ada neraka" • • Ustadz menjawab lebih semangat, "Kau cari jembatan. Terjun dari atas. Mampus kau dalam neraka jahannam". • • Jamaah membalas: "Insya Allah, Ustadz" • • Jangan-jangan beliau terjun beneran. Padahal tanggapan itu ada di Surah pertama Juz 29, Surah Al-Mulk: "Dia yang membuat mati dan hidup untuk menguji kau siapa yang paling baik amalnya" • • Kita masih hidup hingga hari ini, bukan alasannya kita ingin, alasannya berbagai yang ingin hidup, tapi duluan mati. Allah ingin kita beramal. • • Sempat-sempatkan Dhuha sebelum pergi pagi. Sempat-sempatkan shalawat dalam perjalanan. Sempat-sempatkan shalat jamaah ke masjid. Sempat-sempatkan baca Qur'an menjelang sholat, atau setelah sholat. • • Sempat-sempatkan ke warung dikala gres sanggup duit, beli beras, gula, teh, roti, yang biasa kita makan, kemudian sempat-sempatkan singgah ke rumah anak yatim, faqir miskin. Makanan itu kemudian di leher kita, singgah pula di tenggorokan mereka. • • Kalau rezeki berlebih, sempat-sempatkan mencari orang terlilit utang. Motor gres hilang, debt collector asik datang. Membuat duduk perkara orang hilang, Allah buat kita senang. • • Kalau nampak jam tangan harga 30 Juta, duit ada. Tahan selera. Yang sejuta pun jarumnya dua juga, fungsinya sama. Kadang kita aja rasa bangga, orang tengok tak apa-apa. Sisanya tiba ke MDA, bayarkan honor guru tertunda. • • Itulah hidup. • • Tapi jangan besar hati dengan amal, alasannya neraka sudah mengenal, orang yang baik dan yang binal. • • Jangan aniaya orang, jangan makan titik peluh. hidup singkat, bukan lama. Yang kaya-kaya dulu, mati.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Ustadz Abdul Somad (Official) (@ustadzabdulsomad) pada

MasyaAllah Sederhana, Lihat Kondisi Rumah Ustadz Abdul Somad Berikut


Begitulah pesan mendalam yang diungkapkan UAS sebagai tanggapan untuk apa kita hidup di dunia.

Kita masih hidup hingga hari ini, bukan alasannya kita ingin, alasannya berbagai yang ingin hidup, tapi duluan mati. Allah ingin kita beramal.

Masya Allah...

Dalam hidup ini kita memang sering lupa, selalu sibuk dengan mengejar dunia namun lupa dengan akhirat.

Bahkan kita sendiri tak tahu, untuk apa bergotong-royong kita diciptakan oleh Allah SWT.