Alasan Kenapa Istri Butuh Didengar Dan Suami Butuh Dihargai


Gambar ilustrasi dilansir dari dream.co.id

Suka ingin tau nggak sih...

Kenapa wanitas banyak bicara dan suka ngambek kalau tak di dengarkan oleh suaminya.

Begitu juga laki-laki banyak membisu tapi suka marah-marah ketika merasa tak di hargai.

Ternyata, ibarat inilah pandangan medis dan juga islam!

Laki-laki dan perempuan itu tidak sama, begitu juga dengan hal perasaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى

Dan laki-laki tidak sama dengan perempuan (QS. Ali Imran: 36)

Salah satu perbedaan laki-laki dan perempuan ialah keseimbangan hormon testosteron dan estrogen.

Maskulin vs Feminin
Kadar testosteron laki-laki umumnya sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan wanita.

Pengungkapan perilaku maskulin akan merangsang produksi testosteron. Pengungkapan perilaku feminin akan merangsang produksi estrogen.

Ketika seorang laki-laki sedang stres, peningkatan testosteron dan penurunan estrogen akan selalu menurunkan stres.

Sebaliknya, ketika seorang perempuan sedang stres, peningkatan estrogen dan penurunan testosteron akan selalu menurunkan hormon stres internal.

Berangkat dari fitrah ini, secara alami perempuan perlu banyak bicara dan mengungkapkan perasaannya.

Ketika sedang stres, perempuan sanggup menurunkan stresnya dengan membuatkan problem alias curhat. Meskipun tidak mendapat solusi, curhat terbukti mengurangi beban masalah.

Dan memang, perempuan curhat (bahkan bicara) tidak selalu untuk mencari solusi atau memecahkan masalah. Perempuan bicara juga untuk mencicipi keterhubungan dan empati.

Berbeda dengan laki-laki, mereka bicara untuk memecahkan problem atau mengumpulkan isu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Demikian pula ketika menghadapi masalah.

Perempuan umumnya membicarakan problem dengan tujuan menarik derma untuk menghadapi tantangan secara bersama.

Sedangkan laki-laki kalau menghadapi problem besar, mereka eksklusif bertindak atau kalau tidak ada yang sanggup dilakukan, mereka melepaskannya hingga sanggup melaksanakan sesuatu.

Ketika Istri Bicara

Umumnya, dalam sehari, perempuan bicara 6.000 – 8.000 kata verbal. Jauh lebih banyak daripada laki-laki yang hanya 2.000 – 4.000 kata.

Angka ini sesuai dengan hasil pemindaian MRI area bicara dan bahasa antara otak laki-laki dan perempuan.

Mungkin inilah penyebab kenapa islam mengajarkan biar suami medengarkan dengan baik dikala istrinya bicara.

Hal tersebut pula yang di ajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat.

Tentu tidak semua dari 8.000 kata itu dibicarakan di hadapan suami lantaran pada faktanya perempuan bicara pada orangtuanya, anaknya, temannya, tetangganya.

Yang perlu digarisbawahi oleh para suami, dikala istri bicara dengannya, jadilah pendengar yang baik.

Suatu hari seorang sahabat hendak konsultasi pada Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Sebabnya, ia tidak tahan dengan istrinya yang banyak omong.

Sampai di depan rumah Umar, ia mendengar istri Amirul Mukminin itu bicara banyak sementara Umar membisu saja. Hanya sesekali mengiayakan atau manggut-manggut.

Lantas ia pun beranjak pergi. Sebelum melangkah jauh, Umar memanggilnya. “Ada apa saudaraku? Mengapa engkau kembali sebelum sempat bertemu denganku?”

“Wahai Amirul Mukminin,” jawab sahabat itu. “Sebenarnya saya ingin mengadukan istriku yang banyak bicara. Tapi mengetahui istrimu lebih banyak bicara di hadapanmu dan engkau membisu saja tidak marah, saya jadi mengurungkan niatku.”

“Wahai saudaraku, istrilah yang telah mengandung dan melahirkan anak kita, mengasuhnya, memasak makanan kita, bagaimana saya sanggup murka padanya.”

Dari sisi kita sebagai wanita, kalau ada yang kita inginkan dari suami, kita perlu memahami bahwa laki-laki itu menangkap bahasa yang harfiah. Kita perlu memperjelas maksud kita.

Sedapat mungkin kita mengubah keluhan menjadi permintaan. Atau mengubahnya menjadi pernyataan informasi.

Misalnya:

“Kau selalu lupa mengeluarkan sampah” (ini keluhan)

Perlu diganti dengan: “Maukah Mas mengingat untuk mengeluarkan sampah besok pagi? Sampah itu akan mulai amis kalau ada di garasi tiga hari lagi.” (ini permintaan)

Atau diganti menjadi: “Aku sangat bahagia Mas mengeluarkan sampah besok pagi. Kebetulan besok jadwalnya petugas sampah keliling.” (ini pernyataan informasi)

Suami Butuh Dihargai

Dilansir dari keluargacinta.com, Jika istri (perempuan) butuh didengarkan, suami (laki-laki) butuh dihargai.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita para istri:

فَانْظُرِى أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ

Perhatikan posisimu di sisi suamimu, lantaran ia ialah surgamu atau nerakamu (HR. Ahmad)

Ketika kita tidak menghargai suami, atau malah menyakitinya, kita tidak sanggup menjadi pasangan kekal di surgaNya nanti. Bahkan bidadari pun mengancam kita.

لاَ تُؤْذِى امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ لاَ تُؤْذِيهِ قَاتَلَكِ اللَّهُ فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا

Tidaklah seorang perempuan menyakiti suaminya di dunia kecuali istrinya dari bidadari berkata, “Jangan sakiti dia. Semoga Allah memerangimu. Dia hanya tamu di sisimu, yang sebentar lagi akan meninggalkanmu menuju kami” (HR. Tirmidzi)

Bagaimana cara menghargai suami?

Suami yang pada umumnya hemat bicara, dikala ia bicara, kita perlu memperhatikan dan menanggapinya dengan derma yang menguatkan testosteronnya.

Cara menghargai laki-laki dengan kata-kata:
1. “Mas benar
2. “Ide bagus, Sayang”
3. “Masuk akal. Kenapa saya nggak kepikir ya Mas

Rasulullah juga mengingatkan kita:

لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِى عَنْهُ

Allah tidak melihat perempuan yang tidak sanggup berterima kasih kepada suaminya padahal ia tidak sanggup lepas darinya (sangat tergantung kepadanya) (HR. Thabrani)

Demikian, semoga bermanfaat.