Anak Bunda Bbnya Turun Bahkan Sering Ngompol? Segera Bawa Kedokter Sebelum Terlambat


Foto Ahmad Badrian salah seorang bocah sudah didiagnosa menderita penyakit diabetes semenjak usia 3 tahun. (samarinda.prokal.co)

Ayah dan buda, perhatikan ini...

Anak cepat haus, sering kencing, cepat lapar, berat tubuh turun terus, dan mengompol (tanpa pandang usia). Kalau anak sudah mengalaminya, orangtua harus waspada.

Jika Anda biarkan jadinya sanggup fatal alasannya yaitu hal ini...

Diabetes atau sering disebut “kencing manis” cuma masalahnya orang dewasa? Oh tidak. Siapa pun beliau dan berapa pun umurnya, sanggup terkena.

Bahkan belakangan diabetes semakin sering ditemukan pada anak-anak. Salah satu cara gampang mengetahuinya, meski harus ditindaklanjuti pemerikaan medis, air kencingnya dikerubuti semut.

Contoh faktual belum dewasa yang mengalami duduk kasus ini:

Ahmad Badrian sudah didiagnosa menderita penyakit diabetes semenjak berumur 3 tahun.

Kalau saja penyakit sanggup ditukar, Darwati (35) rela menukar penderitaan yang dialami sang anak untuk dirinya saja. Bagaimana tidak, semenjak usia 3 tahun, Ahmad Badrian sudah didiagnosa menderita penyakit diabetes.

Tentu saja hal itu menciptakan Darwati (35) warga Jalan Gunung Kapur 1, RT 13 Gang 5 Kelurahan Lempake, Samarinda Utara ini sedih. Ditambah lagi beban ekonomi yang mengimpit menciptakan Darwati dan suaminya Ato Illah hanya sanggup pasrah.

Rian panggilan bersahabat Ahmad Badrian, sudah dua tahun lamanya keluar masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan. Kasus Badrian ini pernah dimuat di laman samarinda.prokal.co, 2017 silam.

Hal yang sama juga dialami  Mohamad Firas.

Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari Health 2016, Ketika masih duduk di kelas 2 SMP, Mohamad Firas bermasalah dengan kesehatannya. Berat badannya terus turun meskipun nafsu makannya tinggi.

Makannya banyak, minumnya juga banyak alasannya yaitu cepat merasa lapar dan haus. Malam hari, ia sering harus berdiri dari tidur untuk buang air kecil.

Firas beruntung orangtuanya cukup tanggap. Ia segera diantar ke dokter yang segera mengenali penyakitnya itu. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, ia dinyatakan menderita diabetes melitus (DM) tipe 1.

Saat itu keluarganya cuma sanggup heran, anak kok divonis diabetes. Dipikirnya selama ini diabetes cuma diderita orang dewasa.

Nasib Firas juga sanggup diderita belum dewasa lain. Mungkin saja sebagian dari mereka tidak segera menerima perawatan yang tepat.

Pankreas rusak

Mari kita kenali dulu si DM ini. Berdasarkan jenisnya, ia dikelompokkan menjadi tipe-1, tipe 2, tipe Iain-lain, dan DM gestasional. Orang cukup umur biasanya terkena DM tipe 2, yang muncul alasannya yaitu hormon insulin (pengatur kadar gula darah) tidak berfungsi normal.

Pada DM tipe-1, masalahnya lebih fundamental lagi. Hormon insulin tidak diproduksi lagi alasannya yaitu pankreas (pabriknya insulin di tubuh) rusak permanen. Diabetes tipe ini biasanya dijumpai pada anak-anak.

Data dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia menunjukkan, anak usia lima tahun pun sanggup mengidap DM tipe-1. Sementara, data dari American Diabetes Association menunjukkan,  penderita DM tipe 1 berjumlah sekitar 5 - 10% dari keseluruhan penderita diabetes.

Adapun DM tipe lain-lain yaitu diabetes yang terjadi alasannya yaitu penyakit tertentu menyerupai talasemia, sindrom down dan DM gestasional yang terjadi pada ibu hamil.

Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A (K), konsultan endokrinologi anak, menyatakan 20% penyebab DM tipe 1 yaitu faktor keturunan, gres sisanya alasannya yaitu faktor Iain. Sebagian faktor tersebut hingga ketika ini masih belum jelas.

Karena faktor keturunan, orang bau tanah diabetesi mempunyai risiko lebih besar mewarisi penyakit ini kepada anaknya. Tapi anak yang orang tuanya normal juga sanggup terkena. Pankreas sanggup rusak contohnya akhir virus. Karena itu orang bau tanah yang diabetesi perlu waspada ekstra.

Anak dengan DM tipe 1 mengalami tanda-tanda yang sama menyerupai orang cukup umur dengan DM tipe 2. Misalnya, cepat haus, sering kencing, cepat lapar, berat tubuh turun terus, dan mengompol (tanpa pandang usia). Kalau anak sudah mengalaminya, orangtua harus waspada.

Awalnya mungkin sepele, anak sering kencing di malam hari.

Waspadalah jikalau anak yang  sepatutnya sudah tidak ngompol, ternyata ngompol. Aman menilai, kewaspadaan terhadap DM tipe 1 di Indonesia masih terbilang rendah.

Ini masuk akal alasannya yaitu masyarakat belum begitu mengenalnya. Akibatnya, anak yang menderita terlambat didiagnosis. Padahal diyakini masih banyak yang tidak dibawa ke dokter hebat endokrinologi.

Angka tadi diperkirakan cuma 30% saja dari jumlah total penderita. Dari 392 pasien tadi, 56% tiba ke dokter dalam kondisi ketoasidosis. Begitu berobat eksklusif masuk ruangan intensive care unit (ICU) alasannya yaitu kesadarannya menurun akut.

Mengancam jiwa

Tubuh penderita DM tipe 1 selalu kekurangan insulin. Hormon ini diharapkan supaya glukosa sanggup dirombak menjadi energi. Jika prosedur itu terganggu, tubuh memakai otot dan lemak sebagai sumber energi.

Tapi pembakaran keduanya sebagai sumber energi menghasilkan produk sampingan yang disebut tubuh keton. Jika tubuh keton terakumulasi dalam darah,  jadinya darah menjadi lebih asam kemudian timbul keracunan keton yang disebut ketoasidosis.

Terlambatnya penanganan sanggup menimbulkan penderita mengalami ketoasidosis parah yang jadinya sanggup hingga mengancam jiwa.

Ironisnya, pasien ketoasidosis yang meninggal biasanya divonis meninggal alasannya yaitu gagal napas atau asidosis.

Dokter mungkin mengesampingkan dugaan DM tipe 1. Padahal biang keladinya kadar insulin yang rendah. Pasien yang keburu meninggal dunia tentu penyakitnya tidak sempat tercatat. Inilah mengapa banyak pasien DM tipe 1 di Indonesia tidak terdata.

Perlu insulin seumur hidup

DM ketika ini belum sanggup diobati dan gres sanggup dikelola. Ini memang kabar buruk, terutama buat penderita DM tipe 1. Fakta ini harus diterima secara tulus oleh pasien dan keluarganya.

Meski begitu, pasien tetap punya kesempatan besar untuk mempunyai kualitas hidup yang baik menyerupai orang sehat.

Anak penderita DM tipe- 1 harus menerima pasokan insulin secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Insulin didapatkan melalui suntikan secara terencana atau lewat alat khusus berupa “pompa insulin”.

Untuk sanggup hidup sehat penderita harus melaksanakan kontrol metabolik yang ketat. Kadar glukosa darah harus selalu dijaga berada dalam batas nilai normal atau mendekati normal. Pasien dan keluarganya harus telaten.

Semua aspek hidup anak harus diperhatikan dengan sangat teliti, mulai dari makan, minum, hingga kondisi kejiwaaan anak. Jika mungkin, diabetesi anak idealnya diawasi oleh dokter endokrin anak, hebat gizi, psikolog anak, dan edukator.

Dalam urusan makan dan minum, pasien harus menjalani diet yang seimbang. Kebutuhan kalori per hari harus dihitung dengan memperhatikan usia, jenis kelamin, tingi badan, berat badan, serta data kecukupan kalori yang dibutuhkan.

Oleh alasannya yaitu itu, jikalau ayah maupun bunda mengetahui belum dewasa mempunyai tanda-tanda di atas, segera priksakan ke dokter sebelum terlambat.