Beginilah Nasib Keluarga Kita Kelak Nanti Di Akhirat

Nasib keluarga kita kelak di darul abadi (sumber via congkop.xys)

Pasti semua orang ingin berkumpul dengan satu keluarganya kelak di surga.

Namun, kemungkinan bertemu itu sangat sedikit. ya mungkin berbeda amal perbuatan.

Lantas bagaimanakah nasib keluarga kita nantinya ya?

Kiamat itu niscaya dan waktu mengenai kedatangannya hanya Allah Ta’alaa saja yang tahu. Ada hal penting yang harus dibahas, yaitu mengenai dengan siapa dan akan bagaimana kita nanti. 

Tentunya, sebagai seorang manusia, kita mempunyai keluarga, pun hal yang niscaya diinginkan saat nanti sudah meninggal dan dibangkitkan kembali pun pastinya ingin berkumpul dengan keluarga lagi.

Tapi, yang menjadi pertanyaan, apakah bisa? Maka, biar kita mengerti bagaimana perilaku saat kita bertemu dan perilaku saat kita berpisah.

Ada empat hakikat kehidupan yang harus difahami, sebagaimana paparan Ustadz Oemar Mita berikut ini, supaya kita mengerti dan mengetahui akan menyerupai apa kita nanti di hari kiamat.

Berikut 4 hakikat kehidupan kita beserta keluarga kelak :

Hakikat pertama, mereka yang bertemu di dunia namun tidak bertemu di akhirat.

Mereka yaitu dari golongan orang-orang kafir dan musyrik. Allah Ta’alaa menyebutkan dalam Al-Qur`an:


يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ (11) وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ (12) وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ (13) وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ

“Orang kafir ingin kalau sekiranya ia sanggup menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu sanggup menyelamatkannya.” (QS. Al Ma’arij: 11-14)

Ayat ini menjelaskan bahwa keadaan orang-orang yang berdosa baik kafir dan musyrik tidak mempunyai cita-cita untuk bertemu dengan keluarga dan sanak kerabatnya.

Mereka berandai-andai bila anak, istri dan keluarga sanggup dijadikan tebusan untuk menyelamatkannya dari azab neraka, meskipun keluarganya masuk ke dalam neraka.

Inilah citra saat pertemuan itu didasarkan atas kekufuran dan kemaksiatan kepada Allah, mereka hanya bertemu di dunia dan berpisah di akhirat, bahkan rela untuk menggadaikan keluarga yang selama didunia melindunginya dan menyayanginya.

Seorang anak menggadaikan ibunya, seorang ibu menggadaikan anaknya, seorang suami menggadaikan istrinya dan seorang istri menggadaikan suaminya, tidak ada petemuan yang infinit di antara mereka kecuali di dunia.

:


Hakikat kedua, mereka tidak pernah bertemu di dunia, namun akan bertemu di akhirat.

Mereka yaitu orang-orang beriman, mereka akan bertemu dan bersua dengan para Nabi, orang-orang shidiq terdahulu, para syuhada`, orang-orang shalih meskipun di dunia mereka tidak pernah bertemu. Allah Ta’alaa berfirman:


وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan tolong-menolong dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sahabat yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa`: 69)

Semasa hidup kita tidak pernah bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya serta orang-orang shalih setelahnya, namun nama mereka selaku kita ingat dan ada dalam hati. Sehingga kelak kita akan bertemu dengan mereka di kawasan yang jauh lebih indah dan mulia.

Hakikat ketiga, mereka bertemu di dunia dan akan bermusuhan di akhirat.

Mereka yaitu golongan yang mendasarkan pertemuan di dunia untuk sekedar bersenang-senang, berfoya-foya, hanya saling meningatkankan wacana dunia dan keindahannya, harta, tahta dan selainnya, dan tidak pernah mengingatkan untuk beribadah dan berinfak shalih, wacana mereka Allah Ta’alaa berfirman:


الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman bersahabat pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)

Mereka yaitu golongan orang-orang yang saling menyayangi dan mengasihi namun di darul abadi mereka justru menjadi saling bermusuhan dan berlawanan. Hal ini melandaskan pertemuan di dunia bukan atas dasar ketakwaan, amal shalih, dan saling menasehati.

"Apapun pertemuan yang tidak didasarkan untuk saling menasehati dalam kebaikan akan berakhir pada permusuhan."

Seorang istri akan menggugat suami, mengapa ia tidak mengingatkannya untuk berbuat amal shalih. Begitupula suami akan menggugat istri mengapa ia tidak mengingatkannya untuk berbuat amal shalih. Begitupula akan terjadi pada anak kepada orang tua, antara sahabat karib.

Hakikat keempat, mereka bertemu di dunia dan bertemu di akhirat.

Mereka yaitu segolongan orang yang di waktu kehidupan dunianya selalu saling mengingatkan dan menasehati wacana kebaikan. Bersama-sama melaksanakan amal shalih. Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan benar.

Seperti yang dilansir oleh hijaz.id, Mereka saling menyayangi dan menyayangi atas dasar keimanan, saat salah satu dari mereka salah atau lalai dari Allah merekapun menasehatinya. Sehingga kelak Allah akan mempertemukan mereka di kawasan yang lebih baik yaitu di jannah-Nya.

Allah berfirman:


وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap insan terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath Thuur: 21)

Untuk lebih lengkapnya sanggup disimak video berikut.