Hiduplah Sederhana Saja, Jangan Selalu Memandang Keatas!


Gambar ilustrasi dilansir dari Panji Indonesia

Allah menganjurkan kita hidup sederhana...

Allah juga melarang kita untuk berfoya-foya, apalagi hingga menuruti gengsi lalu meminjam uang riba.

Hiduplah sederhana, alasannya yaitu ini nikmat yang akan kita dapatkan.

Sudah menjadi adab manusia, ia akan lebih konsumtif menghamburkan uang, manakala mulai mengenyam kehidupan yang mapan dan fasilitas ekonomi. Seolah-olah kekayaan kurang berarti banyak bila pemiliknya tidak mempergunakannya untuk keperluan yang lebih besar dan kemewahan.

Begitu juga orang yang awalnya hidup pas-pasan, demi menuruti gengsi segala cara dilakukan. Yang lebih mengerikan lalu terjerat riba, dan hukumnya pedih dunia akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Mahamengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Mahamelihat.[asy-Syûra/42:27].

Agama Islam menganjurkan biar umatnya sentiasa hidup sederhana dalam semua tindakan, perilaku dan amal.

Islam yaitu agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi. Kesederhanaan yaitu satu ciri yang umum bagi Islam dan salah satu perwatakan utama yang membedakan dari umat yang lain.

Rasulullah s.a.w. telah bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi: yang artinya :
 “ Sebaik-baik kasus ialah yang paling sederhana”.

Al-Quran mengajak untuk hidup sederhana, berdasarkan Al-Quran jalan yang terbaik yaitu jalan tengah.sebagaimana firman Allah swt:

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan yaitu (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian”.. ( Al Furqaan: 67)

Hidup berjalan mirip roda. Kadang berada di atas menangguk banyak sekali kenikmatan. Namun siapa sangka, tiba-tiba berada di bawah, hidup penuh dengan kesulitan. Sehingga tidak ada pihak lain yang bersalah kecuali dirinya sendiri.

Imam an-Nawawi rahimahullah pertanda alasan berkaitan dengan larangan menghambur-hamburkan. Beliau rahimahullah berkata: “Sesungguhnya pemborosan harta akan mengakibatkan orang meminta-minta apa yang dimiliki orang lain. Sedangkan pada pemeliharaan harta terkandung kemaslahatan bagi dunianya. Adapun kestabilan maslahat duniawinya akan kuat pada kemaslahatan agamanya. Sebab dengannya, seseorang sanggup fokus dalam urusan-urusan akhiratnya

Nikmat hidup sederhana

Tentu saja, oarang yang hidup sederhana akan mempunyai rasa hening dan juga tenang.

Adapun ditinjau dari aspek manfaat, perintah untuk tidak bergaya hidup berfoya-foya, mempunyai imbas faktual yang kembali kepada diri orang tersebut.

Dia akan lebih gampang menyesuaikan diri menghadapi setiap perubahan dalam menghadapi kehidupan. Kadang menyenangkan dan kadang harus hidup penuh keprihatinan. Dan seandainya keadaan ekonomi keluarga ditakdirkan mengalami kesulitan, maka setidaknya seseorang itu tidak terlampau kaget dengan perubahan yang terjadi secara tiba-tiba.

Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Orang yang terbiasa hidup dalam kemewahan, akan mencicipi sulit menghadapi banyak sekali keadaan. Sebab, tidak menutup kemungkinan tiba kepadanya persoalan-persoalan yang tidak memungkinkan orang tersebut menyelesaikannya dalam kenyamanan”.

Nilai faktual lain dari cara hidup sederhana, sanggup mendorong seseorang menjadi langsung yang cendekia bersyukur dan toleran, menghargai nikmat-nikmat Allah sekecil apapun.

Karena masih banyak orang yang berada di bawahnya secara ekonomi. Dengan itu, keimanannya akan bertambah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْبَذَاَةَ مِنَ الْإيْمَانِ

"Sesungguhnya hidup sederhana termasuk cabang dari iman."

Firman Allah SWT:

Ketahuilah bahwa bekerjsama kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, embel-embel dan bermegah-megah antara kau serta berbangga-banggaan perihal banyaknya harta dan anak, mirip hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; lalu flora itu menjadi kering dan kau lihat warnanya kuning lalu menjadi hancur. Dan di darul abadi (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu,” (QS al-Hadid:20).

Yang perlu kita ingat, kebahagiaan hakiki bukanlah hanya di dunia namun juga di akhirat.

Demikian, Wallahu A'lam.