Saat Kemarau Panjang, 6 Tradisi Unik Ritual Minta Hujan Biasanya Dilakukan Di Indonesia

Image from netralnews.com

Tahun ini Indonesia dilanda isu terkini kemarau panjang. Banyak cara yang dilakukan semoga hujan cepat turun. 

Satu diantara upaya tersebut yakni dengan melaksanakan ritual minta hujan, yang diyakini masyarakat dapat cepat turunkan hujan. Pastinya tujuannya sama yakni meminta kepada sang pencipta, Allah SWT.

Berikut 6 tradisi ritual unik yang biasanya dilakukan di Indonesia ketika kemarau panjang

Saat hujan tidak turun dalam waktu yang laman, masyarakat Indonesia mengadakan ritual minta hujan. Setiap ritual minta hujan mempunyai ciri khas dan nama tersendiri.

Tahun ini, Indonesia memang mengalami isu terkini kemarau yang cukup panjang.

Apalagi beberapa hari terakhir, beberapa kota di Pulau Jawa terasa sangat panas.

Seperti yang dilansir oleh tribunnews.com, data klimatologi mencatat bahwa suhu rata-rata di pulau Jawa meningkat dari Agustus hingga November, lalu puncaknya terjadi pada Oktober.

Kulminasi Matahari di bulan Oktober ini menjadikan pancara sinar radiasi pribadi dari matahari.

Efek kulminasi ini menjadikan kemarau makin terasa.

Panjangnya isu terkini kemarau dan hujan yang belum juga turun, menciptakan banyak orang semakin menanti-nantikan datangnya hujan.

Satu di antara upaya semoga hujan turun ialah menggelar ritual minta hujan.

Ritual minta hujan telah ada semenjak zaman nenek moyang masyarakat Indonesia.

:

Berikut ialah ritual minta hujan dari banyak sekali kawasan di Nusantara.

1. Ujungan

Ujungan ialah tradisi pukul rotan dalam ritual minta hujan.

Tradisi ini diadakan oleh warga Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Permainan ini hanya diikuti pria remaja dengan iringan tabuhan gending banyumasan.

Untuk melindungi angota badan dari pukulan rotan lawan, pemain mengenakan pelindung berupa kain tebal yang telah diisi sabut kelapa.

Konon, tradisi pukul rotan ini sudah ada semenjak tahun 1830.

2. Tari Tiban

Tari Tiban ialah tarian kuno yang dilakukan pada ketika ritual minta hujan.

Dengan membawa cemeti yang terbuat dari lidi aren yang sudah dipilin, para pemain memasuki arena sambil menari-nari diiringi tetabuhan.

Tradisi ini dilakukan setiap tahun pada ketika isu terkini kemarau oleh warga Desa Wajak Lor, Kecamatan Bojolonagu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

3. Ojung

Seperti dalam tradisi Ujungan, warga Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, juga menggelar agresi sabet rotan yang diberi nama Ojung.

Aksi ini digelar sehabis program selamatan berupa doa dan makan bersama di pinggir sungai.

Upacara ini dimeriahkan pula dengan tarian khas kawasan ini, yaitu tari topeng kuno dan tari rontek
singo.

4. Cowongan

Cowongan ialah tradisi minta hujan dengan menciptakan boneka dari irus (sendok sayur) atau siwur (gayung) yang terbuat dari batok kelapa.

Tradisi ini dilakukan warga Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Cowongan diadakan pada ketika kemarau panjang.

Boneka dari siwur atau irus didandani dengan paras perempuan.

Pemain cowongan menyanyikan syair yang berisi doa kepada sang penguasa alam semoga segera diberi hujan.

5. Nyaluh Ondou

Nyaluh Ondou ialah ritual meminta hujan bagi masyarakat suku Dayak Ot Danum di Kalimantan Tengah.

Upacara ini dimulai dengan mengambil air dan pasir di tepi sungai Kahayan, dilanjutkan dengan mengantar persembahan di tengah hutan.

Persembahan yang dibawa antara lain berupa garam balok, uang koin, telur masak, beras dan ketan, rokok, dan ayam rebus.

Sesaji ini dipersembahkan kepada tiga rajan atau malaikat yang menguasai hujan.

Yaitu Raja Gamala Raja Tenggara (penguasa kilat), Raja Junjulung Tatu Riwut (penguasa angin), dan Raja Sangkaria Anak Nyaru (penguasa petir).

Selesai membaca doa, penerima ritual kembali ke arah sungai dengan berlari.

Sesampai di tepi sungai, pemimpin upacara melepaskan ayam jantan untuk ditangkap.

6. Selamatan Gunungsari

Tradisi minta hujan juga dilakukan warga Dusun Gunungsari, Desa Indrodelik, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dengan mengadakan selamatan di Telaga Gunungsari yang sudah
kering.

Dalam upacara ini, warga membawa masakan menyerupai nasi kunimg, ketan, buah-buahan, ikan, dan minuman dawet.

Setelah semua warga berkumpul, doa pun dipanjatkan dan dilanjutkan dengan makan bersama.

Konon, tradisi minta hujan ini sudah usang ada.

Tradisi ini sebagai wujud rasa syukur, sekaligus cara untuk menjaga telaga sebagai sumber air bagi warga desa.

Demikian ritual masyarakat yang diyakini dapat cepat turunkan hujan. Pastinya tujuannya sama yakni meminta kepada sang pencipta, Allah SWT.