Dosa Akal-Akalan Miskin Kemudian Meminta-Minta, Hati-Hati Juga Bagi Pemberinya


Kelakuan pengemis jaman now (islamdetik.com)

Seperti yang kita tahu di pinggiran jalan banyak kasus tertangkap tangan orang yang cuma berpura-pura menyandang disabilitas sehingga menarik iba orang untuk menawarkan uang dengan maksud sedekah.

Awas!! Bisa jadi niatmu bukan termasuk sedekah!

Sebagian orang mengambil cara berpura-pura miskin, faqir, atau berpura-pura menyandang disabilitas untuk mengambil tenggang rasa dan belas kasih masyarakat luas. Cara instan ini sepertinya bagi sebagian orang cukup efektif dipakai mengemis.

Sebagian orang ini memakai cara berpura-pura untuk mengambil laba dari rasa iba masyarakat.

Adapun dampak negatifnya, masyarakat menilai kalangan disabilitas sebagai kelompok masyarakat yang tidak produktif dan kreatif serta patut dikasihani. Padahal mereka mempunyai potensi luar biasa dan bisa sanggup bangkit diatas kaki sendiri secara ekonomi.

Tindakan akal-akalan miskin, faqir, atau akal-akalan sebagai penyandang disabilitas untuk kepentingan ini sangat diharamkan. Pelakunya wajib mengembalikan santunan yang diterimanya kepada si pemberi sebab ia tidak berhak menerimanya.

Sikap akal-akalan semacam ini terperinci dihentikan oleh agama. Di dalamnya yang niscaya terkandung unsur penipuan. Meski si pemberi “terpaksa” ikhlas sebab tidak sanggup memverifikasi kepura-puraan pengemis tersebut, tindakan ini tetap dilarang.

:

Hukumi Seseorang Sesuai Lahiriyah

Ingatlah kita hanya punya kiprah menghukumi seseorang sesuai lahiriyah yang kita lihat, sebab tak bisa menerawang isi hatinya.

Dalam riwayat Muslim disebutkan, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


أَقَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَقَتَلْتَهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلاَحِ. قَالَ أَفَلاَ شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لاَ فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَىَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّى أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ

“Bukankah ia telah mengucapkan laa ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengucapkan itu semata-mata sebab takut dari senjata.” Beliau bersabda, “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya sampai engkau sanggup mengetahui, apakah ia mengucapkannya sebab takut saja atau tidak?” Beliau mengulang-ngulang ucapan tersebut sampai saya berharap seandainya saya masuk Islam hari itu saja.”

Ketika menyebutkan hadits di atas, Imam Nawawi menjelaskan bahwa maksud dari kalimat “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya sampai engkau sanggup mengetahui, apakah ia mengucapkannya sebab takut saja atau tidak?” yaitu kita hanya dibebani dengan menyikapi seseorang dari lahiriyahnya dan sesuatu yang keluar dari lisannya. 

Sedangkan hati, itu bukan urusan kita. Kita tidak punya kemampuan menilai isi hati. Cukup nilailah seseorang dari lisannya saja (lahiriyah saja). Jangan tuntut lainnya.

Jangan Manjakan Pengemis dan Pengamen Jalanan

Kami hanya nasehatkan jangan manjakan pengemis apalagi pengemis yang malas bekerja menyerupai yang berada di pinggiran jalan. Apalagi dengan mengamen, melantunkan nyanyian musik yang haram untuk didengar.

Dilansir nu.or.id, Kebanyakan mereka malah tidak terperinci agamanya, shalat juga tidak. Begitu pula sedikit yang mau perhatian pada puasa Ramadhan yang wajib. Carilah orang yang shalih yang lebih berhak untuk diberi, yaitu orang yang miskin yang sudah berusaha bekerja namun tidak mendapatkan penghasilan yang mencukupi kebutuhan keluarganya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِى تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ ، وَلَكِنِ الْمِسْكِينُ الَّذِى لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِى أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا

“Namanya miskin bukanlah orang yang tidak menolak satu atau dua suap makanan. Akan tetapi miskin yaitu orang yang tidak punya kecukupan, lantas ia pun aib atau tidak meminta dengan cara mendesak.” (HR. Bukhari no. 1476)

Wallahu A'lam.