Naudzubillah, Inilah 10 Ciri-Ciri Orang Yang Telah Menjadi Sobat Iblis


Ilustrasi via steemit.com

Rasulullah Saw pernah bertanya pada Iblis, “Ada berapa teman-temanmu dari golongan umatku?”

Iblis menjawab, “Teman-teman saya dari golongan umatmu, ya Muhammad, ada sepuluh orang.”

Mereka merupakan teman-teman iblis dari dunia hingga ke neraka. Siapa mereka?

Pada hakikatnya, semua mahluk diciptakan semoga beribadah kepada Allah Swt. Hal tersebut sebagai konsekuensi firman Allah Swt. yang artinya: “Dan saya tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Adapun insan yang ingkar terhadap perintah Allah Swt dinamakan orang kafir. Jin yang mengingkari perintah dinamakan setan atau syaithan dalam bahasa Al-Qur’an.

Dalam perkembangannya jin-jin kafir berjulukan setan bersekongkol dan menjadi bala tentaranya iblis untuk menggelincirkan insan dengan banyak sekali macam cara.

Iblis kemudian menjadi sesepuh para setan. Seluruhnya tunduk kepada komando iblis untuk mencari sahabat sebanyak-banyaknya guna menemani di neraka nanti.

Iblis memproklamirkan dirinya sebagaimana termaktub dalam Al-Quran:

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf: 16-17).

Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih suatu hari iblis diperintahkan Allah untuk tiba kepada Rasulullah dan menjawab segala pertanyaan yang diajukan Nabi. Iblispun tiba dalam bentuk orang bau tanah pakai tongkat. Intinya Rasulullah bertanya: “Ada berapa teman-temannu dari golongan umatku?” Iblis menjawab, “Teman-teman saya dari golongan umatmu, ya Muhammad, ada sepuluh orang.


Berteman dengan iblis

Mereka merupakan teman-teman iblis dari dunia hingga ke neraka. Siapa saja mereka? Berikut 10 ciri-ciri orang tersebut menyerupai kami kutip dari islami.co:

Pertama, haakimun jaa’ir, hakim yang tidak adil.

Karena hakim dibutuhkan bisa melahirkan produk keadilan. Sehingga ada orang mengatakan, seorang hakim ialah yang meletakkan sebelah kakinya di nirwana dan sebelah di neraka.

Kalau adil ia menghukum, kaki sebelah kanan menentukannya ke surga. Sedangkan kalau licik ia menghukum, kaki sebelah kiri akan menjerumuskannya ke dalam neraka.

Kedua, ghaniyyun mutakabbir, orang kaya yang sombong.

Jika bisa bercermin atas kekurangan diri sendiri, maka pada hakikatnya tidak ada orang kaya dalam kehidupan ini.

Orang kaya yang sombong pada hakikatnya kacang yang lupa kulitnya. Tidak ada yang dibawa pada dikala kita dilahirkan maupun dikala meninggalkan alam ini. Sebab itu yang perlu dijaga hakikatnya tidak lain ialah akidah yang akan kita bawa mati nanti.

Ketiga, taajirun kha’in, pedagang yang berkhianat.

Sebab pada dasarnya, apabila kaum pengusaha sudah berkhianat, akan timbul kegoncangan ekonomi. Kegoncangan ekonomi dampaknya ialah melahirkan kelas-kelas kemiskinan. Kemiskinan merupakan satu perangkap iblis.

Orang yang miskin cenderung gampang mendekat kepada kekafiran, kalau tidak mempunyai akidah yang kuat.

Keempat, syaaribu al-khamr, pemabuk/peminum khamr.

Bahkan mereka divonis tidak beriman ketika meninggal dunia dan di dalam perutnya masih ada khamr.

Dalam satu pesta yang menyediakan minuman-minuman keras, iblis sudah memasang perangkap. Bila minuman itu dihampiri orang, ia mulai senang, wajahnya berseri-seri. Kalau minuman dituang ke gelas, ia tepuk tangan. Bila minuman mulai mengalir ke tenggorokan, iblis girang bukan main.

Kelima, al-qataat, tukang-tukang fitnah.

Hal ini merupakan suling iblis dan terompet setan. Fitnah lebih ancaman dari pembunuhan. Pembunuhan membunuh orang secara langsung. Fitnah membunuh orang pelan-pelan. Nama baik orang hancur, tercoreng di tengah masyarakat.

Fitnah pernah melanda Nabi Zakariya, Habil dan Qabil, juga Nabi Ibrahim. Bahkan pernah melanda kehidupan Rasulullah dalam kejadian yang lazim dikenal dengan kejadian haditsul ifki.

Bagaimanapun ternyata info sempat mengguncang rumah tangga kehidupan baginda Nabi Saw.

Keenam, shaahibu ar-riya’, orang yang riya’, bersedekah cuma untuk pamer, dipuji orang, dilihat orang.

Imam Ghazali berkata, “Manusia pada hakikatnya mati, kecuali orang alim. Orang alim sekalipun hidup hakikatnya tidur, kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu, kecuali orang yang ikhlas.

Ketujuh, akilu maal al-yatiim, orang yang memakan harta anak yatim.

Orang yang memakan harta anak yatim secara zalim merupakan sahabat setan.

Sebaliknya, orang yang melindungi anak yatim, kata Nabi: “Seperti dua jari ini dengan saya di alam abadi nanti”, bersahabat derajatnya dengan Rasul.

Kedelapan, al-mutahaawinu bi al-shalah, orang yang menganggap enteng shalat.

Pada dasarnya, agama itu mudah, jangan dipersulit. Tapi juga jangan dipermudah.

Agama itu tidak berat. Jangan diberat-beratin, tapi juga jangan dienteng-entengin.

Apalagi salat merupakan tiang agama. Bagaimana rumah akan tegak tanpa tiang yang kuat.

:

Kesembilan, maani’uz-zakaah, orang yang enggan membayar zakat.

Nabi berkata, “Bersihkan hartamu dengan zakat.”Jadi barangkali bercampur harta itu dengan sedikit yang tidak baik, bercampur dengan yang kotor, zakat itu membersihkannya.

Kesepuluh, man yuthiilu al-amal, orang yang terlalu panjang angan-angannya.

Tidak pernah mau berbuat. Hanya angan-angannya saja yang terlewat panjang. Orang bukan dilarang bercita-cita. Bahkan, harapan yang mendorong kita untuk bernafsu dalam kehidupan, tetapi harapan yang harus disertai langkah konkret.

Nah, itu tadi sepuluh ciri-ciri teman-teman Iblis, mari kita berusaha jangan termasuk salah satu di antara sepuluh orang tersebut.

Caranya berdasarkan Imam Ghazali dengan memperbanyak dzikrullah, jangan mendekati daerah maksiat, dan selalu ingat tujuan iblis dan setan ialah menjerumuskan manusia, sehingga kita berusaha untuk mengerem dan menjaga diri.

Wallahu a’lam.