Penampakan Terkini Gunung Anak Krakatau, Air Bahari Sangat Panas Dan Berwarna Orange
Kondisi terkini Gunung Anak Krakatau. Twitter/@EarthUncutTV
Meski menakutkan, namun nampak indah...
Diabadikan oleh James Reynolds, pendiri Earth Uncut TV yang sering mendokumentasikan musibah di seluruh dunia.
Begini foto dan video kondisi Gunung Anak Krakatau ketika ini...
Pasca Erupsi dan tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau memang masih mengalami erupsi berkali-kali sampai statusnya naik menjadi siaga level III pada 27 Desember 2018 lalu.
Namun kini, sehabis kondisi Anak krakatau tenang. Banyak perubahan yang terjadi pada gunung tersebut.
Penampakan kondisi terkini Gunung Anak Krakatau pun berhasil diabadikan oleh James Reynolds, pendiri Earth Uncut TV yang sering mendokumentasikan musibah di seluruh dunia.
James, berhasil mendokumentasikan baik berupa foto atau video kondisi Gunung Anak Krakatau dari 10 - 11 Janiari 2019, dan membagikannya melalui serangkaian cuitan di akun twitternya @EaryhUncutTV.
Dari serangkaian foto-foto dan video yang ia bagikan, tampak gunung Anak Krakatau mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Puncak kawah Gunung Anak Krakatau tampak banyak yang hilang.
Ketinggian kawah Gunung Anak Krakatau pun tampak hampir sama dengan permukaan air laut.The sea around #Krakatau is displaying intense discolouration, which contrasted with the “clean” sea water was stunning to shoot from the air pic.twitter.com/O2ZY5ucusJ— James Reynolds (@EarthUncutTV) 10 Januari 2019
Sedangkan dindingnya paling tinggi hanya 110 meter di atas permukaan maritim (mdpl) dari sebelum tsunami, yang mencapai 338 mdpl. Sementara dinding kawah hanya tersisa sekitar 110 meter di atas permukaan laut.
Here we’re approaching collapsed part of #Krakatau - I can see sea eating away at pancake shaped volcanic deposits (fresh I believe.) Freshly erupted material from “undersea” eruptions usually susceptible to erosion from waves. Also note large crack, looks to be water channel? pic.twitter.com/UvpIrGQReM— James Reynolds (@EarthUncutTV) 10 Januari 2019
Tidak hanya itu, dalam cuitanya James juga menuliskan air maritim di sekitar Gunung Anak Krakatau sangat panas. Terlihat uap panas naik dari air laut.
I’ll round off this thread with a jawaban before and after comparison. First image shot back in August 2018, typical explosive activity. And now... #Krakatau #volcano pic.twitter.com/us5sJOUMJq— James Reynolds (@EarthUncutTV) 10 Januari 2019
Air maritim di sekitarnya juga berubah warna menjadi orange.
Dilansir dari suar.id, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, yang me-retweet cuitan James Reynolds, menawarkan penjelasannya atas fenomena itu.Menurut Sutopo, perubahan air maritim menjadi orange dikarenakan adanya kandungan zat besi tinggi dari kawah Gunung Anak Krakatau dan masuk ke dalam air maritim di sekitarnya.
"Kondisi Gunung Anak Krakatau pada 11/1/2019 yang didokumentasikan. @EarthUncutTV. Warna orange kecoklatan yaitu hidrosida besi (FeOH3) yang mengandung zat besi tinggi yang keluar dari kawah dan larut ke dalam air laut. Tubuh Gunung Anak Krakatau telah banyak berubah," Ucap Sutopo.
Kondisi Gunung Anak Krakatau pada 11/1/2019 yang didokumentasikan. @EarthUncutTV. Warna orange kecoklatan yaitu hidrosida besi (FeOH3) yang mengandung zat besi tinggi yang keluar dari kawah dan larut ke dalam air laut. Tubuh Gunung Anak Krakatau telah banyak berubah. pic.twitter.com/ZnvEVngYv5— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) 12 Januari 2019
Masih sanggup tumbuh kembali
Meski banyak bagiannya yang hilang, berdasarkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN) ibarat dikutip dari kompas.com, area yang longsor di Gunung Anak Krakatau telah tumbuh kembali.LAPAN merilis gambaran satelit Gunung Anak Krakatau. Citra satelit tersebut memperlihatkan perubahan morfologi gunung tersebut mulai dari Agustus 2018 sampai Januari 2019.
LAPAN membandingkan gambaran satelit dari tiga waktu, yaitu 30 Agustus 2018, 29 Desember 2018, dan 9 Januari 2019. Ketiga gambaran satelit itu diambil pukul 05.47 WIB.
Citra satelit perubahan morfologi Gunung Anak Krakatau.
"(Dari ketiga gambaran satelit tersebut) sanggup diketahui bahwa ada perubahan morfologi yang terjadi di G. Anak Krakatau dengan cukup berat," tulis keterangan pers yang diterima dari Rokhis, Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN.
"Terlihat pada gambaran tanggal 29 Desember 2018, bab badan G. Anak Krakatau bab barat-barat daya telah hancur, diduga mengalami longsor dan masuk ke maritim estimasi dengan luasan area yang berkurang sekitar 49 Ha," imbuhnya.
Meski telah mengalami longsor, tapi area tersebut dengan cepat "memulihkan diri". Hal ini terlihat pada gambaran satelit pada 9 Januari 2019.
Nah bagaimana berdasarkan Anda?