Dihukum Garang Oleh Jepang, Sampai Jarinya Patah, Pedihnya Usaha Kh. Hasyim Ashari


hasyim asyari via muslimoderat.net

Sang Pendiri NU yang Terkenal Kearifannya

Beliau yaitu ulama yang berani dengan lantang menentang penjajahan Jepang. Kala itu dia hingga dieksekusi kasar, hingga jari tangan dia patah. Ya Allah... Berikut ulasan ihwal beliau.

KH Hasyim Al Asy’ari yaitu seorang ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia. Ia juga pendiri pesantren Tebuireng, Jawa Timur dan dikenal sebagai tokoh pendidikan pembaharu pesantren. Selain mengajarkan agama dalam pesantren, ia juga mengajar para santri membaca buku-buku pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato.

Yuk simak selengkapnya tentang hasyim ashari pendiri nu ini!

Siapa kyai hasyim ashari ?

Kiai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie penggalan belakangnya juga sering dieja Asy'ari atau Ashari (lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1871 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 76 tahun; 24 Dzul Qo'dah 1287 H- 3 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) yaitu salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

Riwayat hasyim ashari

riwayat hasyim asyari via rahmatsahid.com

K.H. Hasjim Asy'ari berguru dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di aneka macam pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.

Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Di Makkah, awalnya K.H. Hasjim Asy'ari berguru di bawah bimgingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh Mafudz yaitu hebat hadis dan hal ini sangat menarik minat berguru K.H. Hasjim Asy'ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis.

Ia mendapatkan ijazah eksklusif dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, di mana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian akseptor (isnad) hadis dari 23 generasi akseptor karya ini.Selain berguru hadis ia juga berguru tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.

K.H. Hasjim Asy'ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga hebat dalam bidang astronomi (ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar.

Pada masa berguru pada Syaikh Ahmad Katib inilah K.H. Hasjim Asy'ari mempelajari Tafsir Al-manar karya monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang oke dengan olok-olokan Abduh terhadap ulama tradisionalis.

Gurunya yang lain yaitu termasuk ulama terkenal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Sementara guru yang bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.

Bentuk usaha kh hasyim ashari yang sangat berarti untuk bangsa Indonesia yaitu Beliau ikut berjuang melawan penjajah dan tak mau bertekuk lutut pada kehendak mereka. Kyai Hasyim melarang para ulama lain mendukung Belanda ketika diserang Jepang dalam Perang Dunia II, bagi dia haram hukumya berkongsi dengan penjajah sebab penjajahan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan dalam Islam.

Selain itu, ulama yang mempunyai nasab (garis keturunan) hingga ke Sunan Ampel hingga imam Ja’far Shadiq bin Muhammad Baqir ini juga tidak mau menuruti perintah Jepang untuk melaksanakan seikerei (membungkukkan tubuh ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 untuk menghormati kaisar dan ilahi matahari) yang menciptakan Jepang sangat murka dan kemudian menangkap dan memenjarakan beliau. Perlakuan jepang dikala itu sangat agresif terhadap Kyai Hasyim, sampai-sampai jari tangan dia patah dan tidak sanggup digerakkan.

Apakah kh hasyim asy'ari tahlilan ?

Rais Akbar Nahdlatul Ulama Hadlratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari tidak melarang tahlilan. KH Hasyim Asy’ari berkata:

فَإِذَا عَرَفْتَ مَا ذُكِرَ تَعْلَمُ أَنَّ مَا قِيْلَ أَنَّهُ بِدْعَةٌ كَاتِّخَاذِ السَّبْحَةِ وَالتَّلَفُّظِ بِالنِّيَةِ وَالتَّهْلِيْلِ عِنْدَ التَّصَدُّقِ عَنِ الْمَيِّتِ مَعَ عَدَمِ الْمَانِعِ عَنْهُ وَزِيَارَةِ الْقُبُوْرِ وَنَحْوِ ذَلِكَ لَيْسَ بِبِدْعَةٍ وَإِنَّ مَا أُحْدِثَ مِنْ أَخْذِ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاَسْوَاقِ اللَّيْلِيَّةِ وَاللَّعْبِ بِالْكُوْرَةِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ شَرِّ الْبِدَعِ – رسالة أهل السنة والجماعة صـ 8

“Jika anda mengetahui apa yang telah disebutkan (tentang 5 macam Bid’ah), maka anda akan mengetahui ihwal tuduhan “Ini yaitu bid’ah”, ibarat memakai tasbih, mengucapkan niat, tahlil ketika sedekah untuk mayat dengan menghindari hal-hal yang dilarang, ziarah kubur dan sebagainya, bukanlah bid’ah. Sedangkan memungut uang dari orang-orang di pasar malam dan permainan kerasukan yaitu bid’ah yang paling buruk” (Risalah Ahlisunnah wal Jamaah hal. 8).

Siapa guru hasyim ashari 

Salah satu guru KH Hasyin Ashari yaitu Syekh Abdul Syakur.

Mbah Hasyim mengkhatamkan kitab "al-Hikam al-'Ath'iyyah" dengan metode "sorogan". Serta menerima ijazah dan sanad dari gurunya ini.

"Karena itu Mbah Hasyim Asy'ari tidak terkenal sebagai ulama hebat tarekat. Bukannya tidak berguru tasawuf, tapi tasawuf yang diambil tasawuf akhlaqi," terang penulis Mahakarya Islam Nusantara ini.

Bisa dilihat dalam pada naskah kitab Hikam milik KH Hasyim Asy'ari bahwa dia mengaji pada bulan Ramadhan tahun 1318 Hijriah.

Dalam Kitab-kitab "Thabaqat" (Hagiography) ataupun "Asanid" (transmisi Intelektual) berbahasa Arab, berdasarkan Ginanjar tidak ditemukan entri klarifikasi Syekh Abdul Syakur Surabaya.

"Yang mengejutkan, informasi ihwal Syekh Abdul Syakur Surabaya ada dalam sumber Barat, yaitu dalam catatan Snouck Hurgronje ketika berada di Makkah pada tahun 1885-1886," tandasnya.

Syekh Abdul Syakur punya jaringan yang sangat luas, kegiatan yang sangat padat, reputasi tinggi dengan para ulama yang mengajar di Mekkah. Rumah yang terletak di bersahabat masjidil Haram menjadi tujuan sowan orang-orang dari aneka macam kalangan dan lapisan.

Fatwa hasyim ashari 

fatwa hasyim asyari via satujam.com

Gelar jagoan KH Hasyim ashari sanggup sebab pada masa penjajahan belanda, Hasyim Asyari ikut mendukung upaya kemerdekaan dengan menggerakkan rakyat melalui fatwa jihad yang kemudian dikenal sebagai resolusi jihad melawan penjajah Belanda pada 22 Oktober 1945. Akibat fatwa itu, meledaklah perang di Surabaya pada 10 November 1945.

Menurut Ishom Hadzik (2000) dalam buku yang ditulis Zuhairi Misrawi berjudul "Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari: moderasi, keumatan, dan kebangsaan", pada masa penjajahan Belanda, Hasyim senantiasa berkomunikasi dengan tokoh-tokoh muslim dari aneka macam penjuru dunia untuk melawan penjajahan.

Misalnya dengan Pangeran Abdul Karim al-Khatthabi (Maroko), Sultan Pasha Al-Athrasi (Suriah), Muhammad Amin al-Husaini (Palestina), Dhiyauddin al-Syairazi, Muhammad Ali, dan Syaukat Ali (India), serta Muhammad Ali Jinnah (Pakistan).

Hasilnya pada 22 Oktober 1945, Hasyim dan sejumlah ulama di kantor NU Jatim mengeluarkan resolusi jihad itu. Karena itulah Hasyim diancam hendak ditangkap Belanda. Namun Hasyim tak bergeming, dia menentukan bertahan mendampingi laskar Hizbullah dan Sabilillah melawan penjajah.

Bahkan ketika Bung Tomo meminta Kiai Hasyim mengungsi dari Jombang, Hasyim berkukuh bertahan hingga titik darah penghabisan. Hingga muncul sebuah kaidah (rumusan problem yang menjadi hukum) terkenal di kalangan kelompok tradisional; hubb al-wathan min al-iman (mencintai tanah air yaitu penggalan dari iman).

Fatwa atau resolusi jihad Hasyim berisi lima butir. Seperti ditulis Lathiful Khuluq berjudul "Fajar Kebangunan Ulama, Biografi Kiyai Hasyim Asyari" yang diterbitkan LKiS pada 2000 lalu, butir Pertama resolusi jihad berbunyi; kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib dipertahankan.

Butir ke dua; Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong. Ke tiga; musuh republik Indonesia yaitu Belanda yang kembali ke Indonesia dengan dukungan sekutu Inggris niscaya akan memakai cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali Indonesia.

Ke empat; umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali. Ke lima; kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter, sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap mereka yang berjuang.

Semangat dakwah antikolonialisme sudah menempel pada diri Hasyim semenjak berguru di Makkah, ketika jatuhnya dinasti Ottoman di Turki. Menurut Muhammad Asad Syihab (1994), Hasyim pernah mengumpulkan kawan-kawannya, kemudian berdoa di depan Multazam, berjanji menegakkan panji-panji keislaman dan melawan aneka macam bentuk penjajahan.

Hasyim asy'ari wafat

Dalam buku ‘Profil Pesantren Tebuireng’ dan NU-Online, tertulis bahwa tanggal 3 Ramadhan 1366 H (21 Juli 1947 M) jam 9 malam Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari selesai mengimami shalat Tarawih. Sebagaimana biasanya dia duduk di dingklik untuk menunjukkan pengajian kepada ibu-ibu muslimat.

Tak usang kemudian datanglah tamu utusan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo. Mbah Hasyim menemui utusan tersebut dengan didampingi Kyai Ghufron yang juga pimpinan Laskar Sabilillah Surabaya.

Sang tamu memberikan surat dari Jendral Sudirman yang berisi 3 pesan pokok. Kepada utusan kepercayaan dua tokoh penting tersebut Kyai Hasyim meminta waktu semalam untuk berpikir dan selanjutnya menunjukkan jawaban. Isi pesan tersebut adalah:
  • Di wilayah Jawa Timur, Belanda melaksanakan serangan militer besar-besaran untuk merebut kota-kota di wilayah Karesidenan Malang, Besuki, Surabaya, Madura, Bojonegoro dan Madiun.
  • Hadhratus Syaikh dimohon berkenan untuk mengungsi ke Sarangan, Magetan, semoga tidak tertangkap oleh Belanda. Sebab, kalau tertangkap, dia akan dipaksa menciptakan statemen mendukung Belanda. Jika hal itu terjadi, maka moral para pejuang akan runtuh.
  • Jajaran Tentara Nasional Indonesia di sekitar Jombang diperintahkan untuk membantu pengungsian Kyai Hasyim.


Keesokan harinya Mbah Hasyim menunjukkan balasan bahwa dia tidak berkenan mendapatkan anjuran yang disampaikan. Empat hari kemudian, tepatnya pada tanggal 7 Ramadhan 1366 M, sekitar pukul 21.00 WIB tiba lagi utusan Jendral Soedirman dan Bung Tomo. Kedatangan utusan tersebut dengan membawa surat untuk disampaikan kepada Hadhratus Syaikh Kyai Hasyim.

Secara khusus Bung Tomo memohon kepada Kyai Hasyim mengeluarkan komando ‘jihad fi sabilillah’ bagi umat Islam Indonesia. Karena dikala itu Belanda telah menguasai wilayah Karesidenan Malang dan banyak anggota Laskar Hizbullah dan Sabilillah yang menjadi korban. Hadhratus Syaikh kembali meminta waktu semalam untuk memberi jawaban.

Tidak usang berselang, Mbah Hasyim menerima laporan dari Kyai Ghufron selaku pimpinan Sabilillah Surabaya bersama dua orang utusan Bung Tomo, bahwa Kota Singosari Malang yang juga merupakan basis pertahanan Hizbullah dan Sabilillah telah jatuh ke tangan Belanda.

Kondisi para pejuang semakin tersudut, dan korban rakyat sipil kian meningkat. Mendengar laporan itu Mbah Hasyim berujar: “Masya Allah, masya Allah…” sambil memegang kepalanya, tapi hal ini ditafsirkan oleh Kyai Ghufron bahwa dia sedang mengantuk.

Akhirnya para tamu pun pamit keluar, tetapi Mbah Hasyim tetap membisu tidak menjawab. Sehingga Kyai Ghufron mendekat ke Mbah Hasyim, dan meminta kedua tamu tersebut meninggalkan tempat. Tak usang kemudian Kyai Ghufron gres menyadari bahwa Mbah Hasyim tidak sadarkan diri. Sehingga dengan tergopoh-gopoh ia memanggil keluarga dan membujurkan tubuh Mbah Hasyim.

Kala itu putra-putri Mbah Hasyim sedang tidak berada di Tebuireng. Tapi tidak usang kemudian mereka mulai berdatangan sesudah mendengar sang ayahanda tidak sadarkan diri. Semisal Kyai Yusuf Hasyim yang waktu itu sedang berada di markas tentara pejuang, kemudian sanggup hadir dan mendatangkan seorang dokter, yakni dr. Angka Nitisastro.

Setelah diperiksa, barulah diketahui bahwa Mbah Hasyim mengalami pendarahan otak (asemblonding) yang sangat serius. Walaupun dokter telah berusaha mengurangi penyakitnya, namun Tuhan berkehendak lain. Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari kesannya wafat pada waktu sahur (pukul 03.00 dini hari) tanggal 07 Ramadhan 1366 H (25 Juli 1947).

Demikianlah artikel ihwal hasyim ashari pendiri nu ini. Semoga bermanfaat!