Hutang Dibawa Mati Tak Dapat Diampuni, Lantas Di Alam Abadi Dilunasi Dengan Apa?

Image from mozaik.com

Ngerinya berat menanggung dosa besar hutang.


Jika di dunia mempunyai hutang terbawa mati, maka dikala meninggal semua amal-amal baik kita akan menggantung..

Lantas bagaimana orang yang berhutang ini jikalau para jago warisnya tidak mengetahui, atau tidak mau tahu?

Dengan apa kelak di alam abadi kita akan menggantinya?


Seharusnya ketika kita berhutang, maka yang wajib kita segera lakukan ialah melunasinya ketika orang yang memberi pertolongan masih hidup. Sebab yang namanya HUTANG adalah kewajiban yang harus disegerakan, mengalahkan dari banyak sekali kewajiban yang lain.

Lantas jikalau tak bisa bayar hutang di dunia, kelak di alam abadi bayar pakai apa?

Dari Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih mempunyai hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari tamat zaman nanti) alasannya ialah di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR. Ibnu Majah ). 

Seperti yang dilansir oleh mozaik.inilah.com, Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab "Peringatan keras mengenai hutang."

Itulah keadaan orang yang mati dalam keadaan masih membawa hutang dan belum juga dilunasi, maka untuk membayarnya akan diambil dari pahala kebaikannya. Itulah yang terjadi ketika hari tamat zaman alasannya ialah di sana tidak ada lagi dinar dan dirham untuk melunasi hutang tersebut.



:
Dalam riwayat yang lain Dari Salamah bin Al Akwa radhiyallahu anhu, ia berkata:

Kami duduk di sisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu ia bertanya, "Apakah dia mempunyai hutang?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak ada." Lalu ia mengatakan, "Apakah dia meninggalkan sesuatu?". Lantas mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak." Lalu ia shallallahu alaihi wa sallam menyolati mayit tersebut.

Kemudian didatangkanlah mayit lainnya. Lalu para sobat berkata, "Wahai Rasulullah salatkanlah dia!" Lalu ia bertanya, "Apakah dia mempunyai hutang?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Iya." Lalu ia mengatakan, "Apakah dia meninggalkan sesuatu?" Lantas mereka (para sahabat) menjawab, "Ada, sebanyak 3 dinar." Lalu ia menyolati mayit tersebut.

Kemudian didatangkan lagi mayit ketiga, kemudian para sobat berkata, "Salatkanlah dia!" Beliau bertanya, "Apakah dia meningalkan sesuatu?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Tidak ada." Lalu ia bertanya, "Apakah dia mempunyai hutang?" Mereka menjawab, "Ada tiga dinar." Beliau berkata, "Salatkanlah sobat kalian ini." Lantas Abu Qotadah berkata, "Wahai Rasulullah, salatkanlah dia. Biar saya saja yang menanggung hutangnya." Kemudian ia pun menyolatinya." (HR. Bukhari no. 2289)

Sebaik-baik orang ialah yang paling baik dalam membayar hutang. Ketika dia mampu, dia pribadi melunasinya atau melunasi sebagiannya dulu jikalau dia tidak bisa melunasi seluruhnya. Sikap menyerupai inilah yang akan mengakibatkan korelasi baik antara orang yang berhutang dan yang memberi hutangan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

"Sesungguhnya yang paling di antara kalian ialah yang paling baik dalam membayar hutang." (HR. Bukhari no. 2393)

Wallahu alam.