Keyakinan-Keyakinan Menyimpang Pada Bulan Safar, Ibarat Dikatakan Bulan Sial


Image from wordprees.com

Anggapan bahwa banyaknya bencana, orang meninggal dll oleh kalangan orang disangkut pautkan dengan bulan Safar, lantaran mereka meyakini bahwa bulan safar yakni bulan penuh sial.

Mitos atau fakta? Berikut ayat Al Qur'an yang menjelaskan ihwal istimewanya bulan Safar

Sebagian berkeyakinan bahwa bulan Safar bulan yang ke-2 tahun Hijriah yakni bulan sial, bulan penuh bala’, sehingga banyak komitmen nikah dan program bepergian serta aktifitas lainnya digagalkan, hal ini menurut sebuah keyakinan bahwa tiap hari Rabu terakhir dari bulan Shafar diturunkan 320.000 bala'.

Bahkan ada yang mengembangkan hadits palsu tentan bulan Shafar, diantaranya;

 من بشرني بخروج صفر بشرته بالجنة

Artinya: “Barangsiapa yang bergembira dengan keluarnya bulan Shafar maka saya akan berikan kabar besar hati dengan surga”.

Ini hadits dinilai palsu oleh Al ‘Iraqi di dalam Al Fawaid Al Majmu’ah fil Ahadits Al Maudu’ah, Ash Shaghani di dalam kitab Al Maudhu’at dan Muhammad bin Khalil Ath Tharablisi di dalam kitab Al Lu’lu’ Al Marshu’.

Apakah benar keyakinan menyerupai ini?!?

1. Seorang muslim meyakini dengan seyakin-yakinnya, tidak ada keraguan sedikitpun; bahwa tidak ada yang Mencipta, Mengatur dan Berkuasa kecuali Allah semata. Oleh alasannya inilah, semua yang terjadi di alam semesta ini yakni dengan izin dan kehendak Allah Ta’ala semata tiada sekutu baginya.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [التغابن : 11]

Artinya: “Tidak ada sesuatu petaka pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, pasti Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Taghabun: 11).

 Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

بأمر الله، يعني: عن قدره  ومشيئته.

Artinya: “Tidak ada sesuatu petaka pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah” maksudnya yakni dengan perintah Allah yaitu dengan takdir dan kehendak-Nya.”

Faidah sangat bermanfaat dari Ibnu Katsir rahimahullah, dia berkata:

{ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ } أي: ومن أصابته مصيبة فعلم أنها بقضاء الله وقدره، فصبر واحتسب واستسلم لقضاء الله، هدى الله قلبه، وعَوَّضه عما فاته من الدنيا هُدى في قلبه، ويقينا صادقًا، وقد يخلف عليه ما كان أخذ منه، أو خيرًا منه.

Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Maksudnya yakni Barangsiapa yang tertimpa petaka dan dia mengetahui bahwa itu dengan takdir dak ketetapan Allah, kemudian dia bersabar, berharap pahala dan berserah kepada ketetapan Allah, maka;

  1. Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya
  2. dan Dia akan menggantikan apa yang telah hilang darinya dari kasus dunia
  3. petunjuk di dalam hatinya.
  4. Keyakinan yang benar
  5. Dan terkadang Allah menggantikan apa yang telah diambil darinya (akibat petaka tersebut)
  6. Atau (bahkan) dengan yang lebih baik!.” Lihat kitab tafsir Ibnu katsir rahimahullah.

2. Seorang muslim meyakini bahwa semua makhluk sudah ditakdirkan Allah Ta’ala dan takdirnya dituliskan di Al Lauh Al Mahfuzh.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ 

Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu yakni gampang bagi Allah”. (QS. Al Hadid: 22).

Hal ini juga sudah ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam;

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضى الله عنهما قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ».

Artinya: “Abdullah bin ‘Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah telah menulis takdir seluruh makhluk sebelum membuat langit dan bumi 50 ribu tahun”. HR. Muslim.

قَالَ عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ رضى الله عنه لاِبْنِهِ يَا بُنَىَّ إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ حَقِيقَةِ الإِيمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ. قَالَ رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ ». يَا بُنَىَّ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّى ».

Artinya: “Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu berkata kepada anaknya: “Wahai anakku sayang, sungguh kau tidak akan pernah mendapat rasa hakikat keimanan hingga kau mengetahui bahwa apa yang sudah ditakdirkan untukmu, maka tidak akan pernah meleset darimu dan apa yang belum ditakdirkan untukmu maka tidak akan pernah kena terhadapmu, saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang pertama kali Allah telah ciptakan yakni pena, kemudian Allah berfirman: “Tulislah!”, pena bertanya: “Wahai Rabbku, apa yang saya tulis”, Allah berfirman: “Tulislah, seluruh takdir segala sesuatu hingga hari kiamat,” Wahai anakku sayang sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meninggal di atas selain (keyakinan) ini maka dia bukan dariku.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 2018).

3.    Keyakinan Thiyarah adalah kebiasaan Arab Jahiliyyah dan bertentangan dengan agama Islam, lantaran sanggup menghantarkan kepada kesyirikan yaitu meyakini ada yang mengatur, mencipta dan berkuasa selain Allah.

Thiyarah yakni merasa bernasib sial lantaran melihat atau mendengar sesuatu.

Perhatikan asal muasal keyakinan thiyarah yang dilakukan orang Arab Jahiliyyah, berkata Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah:

وأصل هذا أنهم كانوا يزجرون الطير والوحش ويثيرونها فما تيامن منها وأخذ ذات اليمين سموه سانحا وما تياسر منها سموه بارحا وما استقبلهم منها فهو الناطح وما جاءهم من خلفهم سموه القعيد فمن العرب من يتشاءم بالبارح ويتبرك بالسانح ومنهم من يرى خلاف ذلك

Artinya: “Dan asal hal ini yakni mereka menghalau dan menggerakkan burung dan binatang,

- kapan dia pergi ke kanan dan menuju arah kanan maka mereka menamakannya As Sanih

- dan kapan pergi ke kiri dan mengambil arah kiri maka mereka menamakannya Al Barih.

- Dan apa yang tiba dari depan maka dinamakan An Natih,

- dan apa yang tiba dari belakang mereka namakan Al Qa’id,

maka sebagian orang Arab ada yang pesimis dengan burung Al Barih dan mengambil berkah dengan As Sanih dan diantara mereka ada yang beropini sebaliknya.” Lihat kitab Miftah Dar As Sa’adah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah meniadakan keyakinan thiyarah dan semisalnya;

 عن أَبَي هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ وَفِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنْ الْأَسَدِ. رواه البخاري و مسلم

Artinya: " Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada 'adwa, thiyarah, hammah, Shofar dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kau menjauh dari singa". (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

'Adwa artinya: keyakinan penularan penyakit dengan sendirinya tanpa kehendak dan takdir Allah Ta'ala.

Thiyarah artinya: merasa bernasib sial lantaran melihat burung, hewan atau apapun

Hamma hartinya: keyakinan jikalau burung hantu hinggap di atas rumah maka akan ada yang mati

Shofar artinya: keyakinan bahwa bulan Shofar yakni bulan sial dan tidak menguntungkan

Maksud dari hadits shahih di atas yakni penghapusan semua keyakinan yang menyatakan bahwa ada imbas jelek yang timbul tanpa kehendak dan izin dari Allah ta’ala.

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata:

 وهذا يحتمل أن يكون نفيا وأن يكون نهيا أى لا تطيروا ولكن قوله في الحديث ولا عدوى ولا صفر ولا هامة يدل على أن المراد النفى وإبطال هذه الأمور التى كانت الجاهلية تعانيها والنفي في هذا أبلغ من النهى لأن النفي يدل على بطلان ذلك وعدم تأثيره والنهى إنما يدل على المنع منه

Artinya: “Dan Hadits ini dimungkinkan bermaksud penghapusan atau sanggup bermaksud pelarangan, yaitu janganlah kalian bersikap pesimis, akan tetapi sabda dia di dalam hadits tidak ada ‘Adwa, shafar, hammah memperlihatkan bahwa yang dimaksud yakni penghapusan dan pembatilan setiap kasus ini yang diyakini oleh Arab Jahiliyyah. Dan Peniadaan lebih dalam maknanya daripada pelarangan lantaran penghapusan memperlihatkan akan batilnya hal tersebut dan tidak memperlihatkan pengaruh, adapun larangan hanya memperlihatkan kepada larangan untuk berbuat menyerupai itu.” Lihat kitab Miftah Dar As Sa’adah.   

:

4.    Kenapa Thiyarah dikategorikan sebagai kesyirikan:

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ.

Artinya: "Thiyarah yakni kesyirikan, thiyarah yakni kesyirikan." Hadits riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di As Silsilah Ash Shahihah, no: 429.

Kenapa sanggup demikian?

Kenapa meyakini bahwa bulan shafar yakni bulan sial dan panas maka tidak dikerjakan segala macam hajat dan rencana, ini termasuk kesyirikan?

Kenapa meyakini beberapa mitos pamali, kualat, merasa bernasib sial dengan melihat sesuatu atau mendengar sesuatu, ini termasuk kesyirikan?   

Jawaban semua pertanyaan di atas adalah: Karena Allah-lah satu-satu-Nya Yang Mengatur, Mencipta, Berkuasa.

Semua yang terjadi tidak ada yang keluar dari kehendak-Nya dan ciptaan-Nya. Maka jikalau ada keyakinan bahwa ada yang mengatur, mencipta dan berkuasa selain Allah, disinilah letak kesyirikannya.

Yaitu dengan MENYAMAKAN SELAIN ALLAH DENGAN ALLAH TA’ALA DI DALAM PERKARA YANG KHUSUS MILIK ALLAH TA’ALA, dalam hal ini pengaturan, penciptaan dan kekuasaan.

Allah ta’ala berfirman:

{ قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (31) فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ (32) كَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (33)} [يونس: 31 - 33]

Artinya: “Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) indera pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kau tidak bertakwa (kepada-Nya)?.” “Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Rabb kau yang sebenarnya; maka tidak ada setelah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kau dipalingkan (dari kebenaran)?.””Demikianlah telah tetap eksekusi Rabbmu terhadap orang-orang yang fasik, lantaran sesungguhnya mereka tidak beriman.” “Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang sanggup memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?" katakanlah: "Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kau dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?." (QS. Yunus 31-33).

{إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ} [الأعراف: 54]

Artinya: “Sesungguhnya Rabb kau ialah Allah yang telah membuat langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, membuat dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al A’raf: 54).

{أَمَّنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} [النمل: 64] 

Artinya: “Atau siapakah yang membuat (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memperlihatkan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada dewa (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jikalau kau memang orang-orang yang benar." (QS. An Naml: 64).

 للَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (62) لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (63)} [الزمر: 62، 63]

Artinya: “Allah membuat segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” “Kepunyaan-Nya lah kunci-kunci langit dan bumi, dan orang-orang yang kafir dengan gejala kekuasaan Allah mereka yakni orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 62-63).

 {فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11) لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (12)} [الشورى: 11، 12]

Artinya: “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia mengakibatkan bagi kau dari jenis kau sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kau berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” “Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Asyuura: 11-12).

5.    Obat Nabawi untuk perasaan bernasib sial, pesimis, kualat, pamali dan semisalnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah menyatakan bahwa tidak ada diantara kita melainkan terhinggap perasaan pesimis lantaran sesuatu atau merasa bernasib sial lantaran mendengar atau melihat sesuatu, dia bersabda:

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضى الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ». ثَلاَثًا « وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ ».

Artinya: “Abdullah bin Masud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ath Thiyarah yakni kesyirikan, Ath Thiyarah yakni keyirikan,” dia ucapkan itu tiga kali, kemudian dia bersabda: “Dan tidak ada diantara kita melainkan (akan timbul perasaan itu), akan tetapi Allah menghilangkannya dengan bertawakkal (bersandar kepada-Nya).” (HR. Abu Daud).

Nah lantaran inilah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperlihatkan solusi untuk penyakit keyakinan yang keliru ini, maka jikalau ada perasaan menyerupai ini, kita harus;

1.    Melawan perasaan tersebut dengan melaksanakan apa yang sudah direncanakan kemudian bersandar diri kepada Allah Ta’ala.

Perhatikan beberapa hadits berikut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضى الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ ».

dia bersabda: “Dan tidak ada diantara kita melainkan (akan timbul perasaan itu), akan tetapi Allah menghilangkannya dengan bertawakkal (bersandar kepada-Nya).” HR. Abu Daud.

Di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa perasaan bernasib sial akan hilang dengan bersandar diri kepada Allah.

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضى الله عنهما قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ ».

Artinya: “Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang dipalingkan dari keperluannya oleh perasaan bernasib sial maka sungguh dia telah berbuat syirik.” HR Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1065.

Di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa yang tidak jadi melaksanakan aktifitasnya gara-gara merasa kualat, pesimis, pamali maka sungguh dia telah berbuat syirik.

Dan pemahaman kebalikan dari ini yakni barangsiapa yang melaksanakan aktifitasnya meskipun ada perasaan itu maka bukanlah dia termasuk syirik.

 2.    Menumbuh perasaan optimis dan perasangka baik di dalam diri, diantaranya dengan mengucapkan perkataan yang baik-baik jauh dari pesimisme.

 عن أَبَي هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « لاَ طِيَرَةَ ، وَخَيْرُهَا الْفَأْلُ » . قَالُوا وَمَا الْفَأْلُ قَالَ « الْكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ يَسْمَعُهَا أَحَدُكُمْ » .

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada thiyarah, dan sebaik-baiknya perasaan itu yakni Al fa’lu”, para shahabat bertanya: “Apakah itu al fa’lu?”, dia bersabda: “Perkataan yang baik yang didengarkan oleh salah seorang dari kalian.” (HR. Bukhari).

عَنْ أَنَسٍ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ ، وَيُعْجِبُنِى الْفَأْلُ الصَّالِحُ ، الْكَلِمَةُ الْحَسَنَةُ» .

Artinya: “Anas Bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada ‘Adwa, thiyarah dan saya kagum dengan Al Fa’lu Ash Shalih, yaitu perkataan baik.” (HR. Bukhari).

عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَأُحِبُّ الْفَأْلَ الصَّالِحَ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada ‘Adwa, thiyarah dan saya menyukai dengan Al Fa’lu Ash Shalih.” (HR. Muslim).

 3.    Berdoa menyerupai yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضى الله عنهما قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ قَالَ « أَنْ يَقُولَ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ».


Artinya: “Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang dipalingkan dari keperluannya oleh perasaan bernasib sial maka sungguh dia telah berbuat syirik.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa penebus perasaan itu”, dia menjawab: “Salah seorang dari kalian mengucapakan: “Allahumma laa khaira illa khairuka wa laa thaira illa thairuka wa laa ilaaha ghairuka” (Wahai Allah, tidak ada kebaikan melainkan kebaikan-Mu, tidak ada kesialan kecuali kesialan yang engkau takdirkan dan tidak ada sembahan selain-Mu).” HR Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1065.

Wallahu a'lam