Selain Dapat Dipidanakan, Ini Azab Bagi Yang Suka Menghina Bentuk Fisik Orang Lian
Gambar ilustrasi dilansir dari toplintas.com
Menhina atau mengejek bentuk badan orang lain sanggup dipidanakan...
Tak main-main, korban sanggup melaporkan perbuatan body shaming ke kepolisian dan dijerat dengan UU ITE dan humumannya 4 tahun penjara atau denda Rp 750 juta.
Selain hal tersebut, ini bahaya pedih dari Allah Swt bagi yang suka melaksanakan hal tersebut baik di dunia maupun di akhirat!
Berhentilah melaksanakan kebiasaan mengejek kondisi fisik orang lain. Selain bahaya pidana, Islam juga sangat melarang kita melaksanakan hal tersebut bahkan di haramkan.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang pria mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan wanita mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan yaitu (panggilan) yang buruk setelah dogma dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Allah Ta’ala melarang dari perbuatan sikhriyyah terhadap manusia, yaitu perilaku merendahkan orang lain dan menghina mereka."
Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Dalam ayat ini terdapat klarifikasi perihal sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata-kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim. Perbuatan ini terlarang dan hukumnya haram. Perbuatan ini memperlihatkan bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri” (Taisiir Al Kariimi Ar Rahman).
Larangan ini bersifat umum, meliputi celaan terhadap segala hal.
Imam At Thabari rahimahullah menjelaskan, “ Allah menyebutkan secara umum larangan untuk mencela orang lain, sehngga larangan ini meliputi seluruh bentuk celaan. Tidak boleh seorang mukmin mencela mukmin yang lain lantaran kemiskinannya, lantaran perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya” (Lihat Jaami’ul Bayan).Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang berbuat keburukan jikalau ia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).
Balasan Bagi Orang Zalim
Dilansir darui Nu.or.id, seorang muslim dan mukmin semestinya tidak berlaku zalim kepada sesama makhluk Allah baik berupa tindakan ataupun ucapan, lantaran sekecil apa pun tindak kezaliman pasti akan terbalaskan.Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang-orang yang berbuat dzalim dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat, dikarenakan perbuatan dzalim tersebut memperlihatkan pengaruh yang buruk terhadap individu dan masyarakat.
Kedzaliman menjadikan kegoncangan, kegelisahan, tersebarnya kedengkian dan terputusnya korelasi cinta dan persaudaraan.
Di dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 42 secara tegas Allah menyatakan:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
Artinya: “Dan janganlah sekali-kali engkau menyangka Allah lalai dari apa yang dilakukan oleh orang-orang yang berbuat zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka hingga hari di mana pandangan-pandangan terbelalak.”
Hukuman dan akhir yang diperoleh di dunia
1. Orang yang berbuat dzalim tidak beroleh keberuntungan.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya tidak beruntung orangorang yang berbuat dzalim.” (Al-An’am: 135)
2. Orang yang berbuat dzalim terhalang dari mendapat petunjuk/hidayah taufiq
Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan hal ini dalam firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang berbuat dzalim.” (Al-An’am: 144).
3. Balasan kedzaliman akan diterima di dunia, sebelum nantinya akan dibalas pula di akhirat.
Abu Bakrah Nufai’ ibnul Harits radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak ada satu dosa yang paling pantas untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala segerakan hukumannya di dunia disertai simpanan eksekusi yang akan diperolehnya di akhirat, selain dosa kedzaliman dan memutuskan silaturahim.” (HR. Abu Dawud no. 4902, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi`i rahimahullahu dalam Al-Jami’ush Shahih Mimma Laisa fish Shahihain no. 1166)
4. Kedzaliman merupakan alasannya yaitu datangnya petaka di dunia
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya bagi orang-orang yang dzalim, mereka akan beroleh adzab sebelum simpulan hidup mereka , akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Ath-Thur: 47)
“Dan berapa banyak penduduk negeri yang dzalim yang telah Kami binasakan dan Kami adakan setelah mereka itu kaum yang lain sebagai penggantinya.” (Al-Anbiya: 11)
Hukuman dan Akibat yang Diperoleh di Akhirat
Hukuman yang dipersiapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala di darul abadi jauh lebih dasyhat dan mengerikan daripada adzab di dunia, sebagaimana kabar yang kita dapatkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah berikut ini:1. Orang-orang yang dzalim tidak mempunyai penolong, sobat akrab dan pemberi syafaat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: "Dan tidak ada penolong bagi orangorang dzalim." (Ali Imran)
"Orang-orang dzalim tidak mempunyai sobat setia seorang pun dan tidak pula seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya." (Ghafir: 18)
2. Bangkrutnya orang-orang dzalim pada hari ditampakkannya amalan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian siapakah orang yang gulung tikar itu?” Mereka menjawab: “Orang yang gulung tikar di kalangan kami yaitu orang yang tidak mempunyai dirham dan tidak pula mempunyai harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang gulung tikar dari umatku yaitu orang yang tiba pada hari simpulan zaman dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga tiba dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya kemudian ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 6522).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: "Siapa yang pernah berbuat kedzaliman terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatan saudaranya atau perkara-perkara lainnya , maka hendaklah ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut pada hari ini (di dunia) sebelum (datang suatu hari di mana di sana) tidak ada lagi dinar dan tidak pula dirham (untuk menebus kesalahan yang dilakukan, yakni pada hari kiamat). Bila ia mempunyai amal shalih diambillah amal tersebut darinya sesuai kadar kedzalimannya (untuk diberikan kepada orang yang didzaliminya sebagai tebusan/pengganti kedzaliman yang pernah dilakukannya). Namun bila ia tidak mempunyai kebaikan maka diambillah kejelekan orang yang pernah didzaliminya kemudian dipikulkan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari no. 2449)
: Mengejek Bentuk Tubuh Orang Lain Bisa Dipidana 4 Tahun Penjara atau Denda Rp 750 Juta
3. Penyesalan orang yang dzalim pada hari simpulan zaman tak berguna.
Ketika orang yang dzalim ini melihat bukti bahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat, ia pun meratapi dirinya namun pada hari itu penyesalan tak lagi berguna.
Allah SWT berfirman:“Kalau seandainya setiap diri yang dzalim itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, pasti ia akan menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya saat mereka telah menyaksikan adzab itu. Dan telah diberikan keputusan di antara mereka dengan adil sedang mereka tidak dianiaya.” (Yunus: 54)
Demikian, supaya kita lebih berhati-hati lagi dalam menjaga verbal dan perbuatan kita. Wallahu A'lam.