Menabrak Kucing Bikin Sial Dan Petaka? Hati-Hati Dosa Ini


Mitos sial dan tragedi alam nabrak kucing (foto: konsultasisyariah.com)

Nabrak kucing bikin sial dan petaka?

Sejak zaman dahulu, banyak orang-orang yang percaya menabrak kucing samapi mati akan membawa sial dan tragedi alam pada si penabrak.

Bukan sial dan petakanya, tapi takutlah degan dosa ini...

Saat berkendara, risiko menabrak kendaraan lain atau menabrak orang lain niscaya ada. Tak hanya risiko menabrak pengendara lain, binatang pun terkadang turut menjadi korban tabrakan.

Salah satu binatang yang sering tertabrak oleh para pengendara yaitu kucing. Khusus kucing, ada salah satu mitos yang sering beredar di masyarakat bahwa siapa saja yang menabrak kucing maka ia akan tertimpa oleh kesialan.

Sejak zaman dahulu, banyak orang-orang yang percaya bahwa menabrak kucing hingga kucing tersebut tewas akan menimbulkan kesialan pada diri sang penabrak.

Hingga masa kini, mitos kuno perihal kesialan jawaban menabrak kucing pun masih dipercaya oleh banyak orang. Mereka banyak yang mempercayai hal tersebut tanpa mengetahui apa alasan atau fakta yang gotong royong perihal menabrak kucing.

Hukum menyakiti Kucing dalam islam

Sesungguhnya, kucing memang merupakan binatang kesayangan Rasulullah SAW. Dahulu Rasulullah SAW mempunyai seekor kucing yang diberi nama Muezza.

Rasulullah SAW bahagia menggendong muezza dan meletakkan muezza di pahanya setiap kali mendapatkan tamu di rumah. Bahkan Rasulullah SAW pernah berpesan kepada para sobat bahwa kucing hendaknya disayangi menyerupai mengasihi keluarga sendiri, lantaran Allah akan menawarkan pahala apabila umat Islam mengasihi dan memelihara kucing.

Tak hanya itu, eksekusi bagi mereka yang gemar menyakiti kucing pun amatlah serius.

Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadis, ada seorang perempuan yang tidak pernah memberi makan kucing peliharaannya. Wanita itu pun tidak melepas sang kucing dari kandangnya untuk pergi mencari makan sendiri. Lalu Rasulullah SAW pun menceritakan bahwa perempuan tersebut kelak akan mendapatkan siksa di neraka jawaban kejahatannya terhadap sang kucing.

Dalam hadist tersebut Rasulullah SAW bersabda, “Seorang perempuan dimasukkan ke dalam neraka lantaran seekor kucing yang beliau ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada di lantai.” (HR. Bukhari)

Dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang perempuan yang diadzab lantaran seekor kucing. Dia kurung seekor kucing hingga mati, sehingga beliau masuk neraka. Dia tidak memberinya makan, tidak pula minum, dan tidak dilepaskan sehingga sanggup makan binatang melata tanah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tak hanya itu, Rasulullah SAW pun melarang membunuh hewan-hewan yang tak mengganggu bila tidak alasan kuat.

Seperti yang disebutkan dalam hadis berikut, “‘Jika ada orang membunuh seekor burung atau yang lebih kecil dari itu, tanpa alasan yang benar, maka Allah akan meminta pertanggung jawaban hal itu kepadanya.’ Para sobat bertanya: ‘Ya Rasulullah, Apa haknya?’ ‘Dia sembelih untuk dimakan, tidak mematahkan lehernya lalu dibuang.’” (HR. Nasai)

Lalu bagaimana dengan aturan menabrak kucing?

Rupanya, apabila menabrak kucing disebabkan oleh ketidaksengajaan maka sang penabrak tidak akan menanggung risiko apapun.

Sebagaimana Allah berfirman, “Tidak ada dosa bagi-mu untuk perbuatan yang kau tidak sengaja, tetapi (yang ada dosa) apa yang disengaja oleh hatimu.” (QS. al-Ahzab: 5)

Meskipun demikian, orang yang menabrak kucing hendaknya menguburkan kucing tersebut dengan selayaknya. Tujuannya yaitu biar bangkai kucing tersebut tidak mengganggu orang lain.

Percaya pada mitos itu syirik, dosanya sungguh berat.

Kita juga perlu berhati-hati biar tidak menganggap bahwa semua yang terjadi pada kita itu lantaran kucing yang terbunuh atau tertabrak. Pasalnya, ini sanggup menimbulkan kita syirik, lantaran menganggap kucing sebagai pembawa bencana.

Percaya pada mitos, dalam islam biasa disebut Tathoyyur atau thiyarah. Para ulama menjelaskan bahwa aturan tathoyyur atau thiyarah yaitu dihentikan dan bahkan termasuk kesyirikan yang sanggup menghilangkan kesempurnaan tauhid seseorang.

Sebagaimana hadits dari Abdullah bin mas’ud radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, dan setiap orang niscaya (pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini). Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya.” (HR. Abu daud dan Tirmidzi, shahih).

:


Bahkan tathoyyur juga sanggup hingga kepada derajat syirik besar yang sanggup mengeluarkan seseorang dari islam.

Yaitu apabila beliau menyakini bahwa benda yang ia anggap membawa sial tadi mempunyai imbas secara dzatnya (bendanya itu sendiri) dan meyakini kesialan tersebut terjadi tanpa adanya kehendak dari Allah Ta’ala.

Karena dengan demikian berarti beliau menimbulkan tandingan bagi Allah Ta’ala dalam dilema penciptaan dan pengaturan (Kesyirikan dalam Tauhid Rububiyah).

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya berkata, “Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik yaitu saat seorang hamba bertemu Allah dalam keadaan berbuat syirik.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, terbitan Dar Ibnul Jauzi, 3: 129).

Demikian, semoga kita tak praktis percaya dengan hal-hal yang berbau mitos dan kesyirikan.

Wallahu A'lam.