Mulai Kini Jangan Ditinggalkan! 4 Dosa Meninggalkan Shalat
Image Source: islampos.com
Kalau kita melirik sekeliling kita, ada saja orang yang dalam KTP mengaku Islam, namun biasa meninggalkan rukun Islam yang satu ini yaitu shalat. Mungkin di antara mereka, ada yang hanya melaksanakan shalat sekali sehari, itu pun kalau ingat.
Mungkin ada juga yang melaksanakan shalat sekali dalam seminggu yaitu shalat Jum’at. Yang lebih parah lagi, tidak sedikit yang hanya ingat dan melaksanakan shalat dalam setahun dua kali yaitu ketika Idul Fitri dan Idul Adha saja.
Dari Abu Hurairah, dia mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari simpulan zaman ialah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapat keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut mempunyai amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya menyerupai itu.”
“Jika shalat seseorang itu baik maka baik pula amalnya, dan bilamana shalat seseorang itu buruk maka buruk pula amalnya.” (HR. Ath-Thabarani)
Memang sungguh prihatin dengan kondisi umat Islam ketika ini. Banyak yang mengaku Islam di KTP, namun kelakuannya semacam ini. Oleh sebab itu, pada artikel ini akan dijelaskan mengenai aturan meninggalkan shalat. Apakah dosa meninggalkan shalat sanggup diampuni?
Hukum meninggalkan shalat wajib
1. Bahwa meninggalkan shalat termasuk dosa besar
Apa dosa meninggalkan shalat? Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah mengatakan,”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja ialah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat eksekusi dan kemurkaan Allah serta mendapat kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash Sholah, hal. 7)
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang sanggup dibenarkan.” (Al Kaba’ir, hal. 25)
Adz Dzahabi rahimahullah juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan yaitu satu shalat saja dianggap menyerupai orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh sebab itu, orang yang meninggalkannya hingga berkali-kali termasuk pelaku dosa besar hingga dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).” (Al Kaba’ir, hal. 26-27)
:
- Jangan Sampai Terlewat, Berikut 8 Amalan Hari Jum'at yang Full Pahala
- MasyaAllah, Inilah 8 Keutamaan Membaca Al-Qur'an, Amal Ringan Banyak Pahala
- 6 Waktu Berdoa yang Mustajab
2. Meninggalkan shalat ialah kafir
Apakah dosa meninggalkan shalat? Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja ialah kafir. Umar mengatakan, لاَ إِسْلاَمَ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ
”Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan shalat.”Dari jalan yang lain, Umar berkata,
ولاَحَظَّ فِي الاِسْلاَمِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ
“Tidak ada cuilan dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” (Dikeluarkan oleh Malik. Begitu juga diriwayatkan oleh Sa’ad di Ath Thobaqot, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Iman. Diriwayatkan pula oleh Ad Daruquthniy dalam sunannya, juga Ibnu ’Asakir. Hadits ini shohih, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil no. 209). Saat Umar menyampaikan perkataan di atas tatkala menjelang sakratul maut, tidak ada satu orang sobat pun yang mengingkarinya. Oleh sebab itu, aturan bahwa meninggalkan shalat ialah kafir termasuk ijma’ (kesepakatan) sobat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab Ash Sholah.
Mayoritas sobat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja ialah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq. Beliau mengatakan,
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَرَوْنَ شَيْئًا مِنَ الأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلاَةِ
“Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menimbulkan kafir kecuali shalat.” Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy seorang tabi’in dan Hakim menyampaikan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini ialah shohih. (Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52)
Dari pembahasan terakhir ini terlihat sebetulnya Al Qur’an, hadits dan perkataan sobat bahkan ini ialah ijma’’ (kesepakatan) mereka menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja ialah kafir (keluar dari Islam). Itulah pendapat yang terkuat dari pendapat para ulama yang ada.
Ibnul Qayyim mengatakan, ”Tidakkah seseorang itu malu dengan mengingkari pendapat bahwa orang yang meninggalkan shalat ialah kafir, padahal hal ini telah dipersaksikan oleh Al Kitab (Al Qur’an), As Sunnah dan janji sahabat. Wallahul Muwaffiq (Hanya Allah-lah yang sanggup memberi taufik).” (Ash Sholah, hal. 56)
3. Shalat merupakan tiang agama
Apa dosa meninggalkan shalat wajib? Terdapat beberapa hadits yang membicarakan duduk kasus ini. Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran ialah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257).
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu bekas budak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
”Inti (pokok) segala kasus ialah Islam dan tiangnya (penopangnya) ialah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2825. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi). Dalam hadits ini, dikatakan bahwa shalat dalam agama Islam ini ialah menyerupai penopang (tiang) yang menegakkan kemah. Kemah tersebut sanggup roboh (ambruk) dengan patahnya tiangnya. Begitu juga dengan islam, sanggup ambruk dengan hilangnya shalat.
4. Dimasukkan kedalam neraka jahannam
Apakah dosa meninggalkan shalat diampuni allah? Banyak ayat yang membicarakan hal ini dalam Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman, فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
“Maka datanglah setelah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan berinfak saleh.” (QS. Maryam : 59-60)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma menyampaikan bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut ialah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31)
Dalam ayat ini, Allah menimbulkan daerah ini yaitu sungai di Jahannam sebagai daerah bagi orang yang menyiakan shalat dan mengikuti syahwat (hawa nafsu). Seandainya orang yang meninggalkan shalat ialah orang yang hanya bermaksiat biasa, tentu dia akan berada di neraka paling atas, sebagaimana daerah orang muslim yang berdosa. Tempat ini (ghoyya) yang merupakan cuilan neraka paling bawah, bukanlah daerah orang muslim, namun daerah orang-orang kafir.
Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan,
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
”Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan berinfak saleh”. Maka seandainya orang yang menyiakan shalat ialah mu’min, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) ialah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah [9] : 11).
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan shalat. Berarti kalau shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman. Konsekuensinya orang yang meninggalkan shalat bukanlah mukmin sebab orang mukmin itu bersaudara sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49] : 10)
Demikian tanggapan dari pertanyaan, apa dosa meninggalkan shalat? Semoga kita sanggup meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt dan mendapat perlindungan-Nya.
Related Posts